ISOLASI SOSIAL

BAB 1
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

A.    Masalah Utama
Masalah utama pada kasus ini adalah Isolasi Sosial

B.     Proses Terjadinya Masalah
1.      Definisi Isolasi Sosial.
Isolasi Sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.  (Budi Anna Kelliat, 2010 ).
Isolasi Sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam. (Mary C. Townsend, 1998).
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Lynda Juall C., 2009). 
2.      Etiologi
Kemungkinan penyebab yang berhubungan dengan isilasi sosial adalah
a.       perilaku perkembangan
b.      perilaku egosentris(yang menyinggung orang lain dan tidak mendukung suatu hubungan)
c.       kerusakan proses fikir
d.      takut akan penolakan atau kegagalan dalam berinteraksi.
e.       Kelainan kognitif membantu perkembangan pandangan diri yang negatif
f.       Proses berduka yang belum terselesaikan.
g.      Tidak adanya orang yang bermakna bagi klien atau teman sebaya.
(Mary C. Townsend, 1998).



3.      Tanda dan Gejala
Gejala Klinis ( Budi Anna Keliat, 2006):
1.      Tidak memiliki teman dekat.
2.      Menarik diri.
3.      Tidak komunikatif
4.      Tindakan berulang dan tidak bermakna.
5.      Asyik dengan pikirannya sendiri.
6.      Tidak ada kontak mata.
7.      Tampak sedih dan efek tumpul.
Cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)
1.      Mengejek dan mengkritik diri sendiri
2.      Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
3.      Rasa bersalah atau khawatir
4.      Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
5.      Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social
6.      Menarik diri dari realitas
7.      Merusak diri
8.      Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri.

Tanda Gejala lain:
1.      Apatis (acuh terhadap lingkungan)
2.      Ekspresi wajah kurang berseri
3.      Tidak merawat diri dan tidak memperlihatkan kebersihan.
4.      kurang komunikasi verbal
5.      Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
6.      Asupan makanan dan minuman terganggu.
7.      Aktivitas menurun.
8.      Rendah diri.
9.      Menyendiri dalam ruangan.
10.  Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.
11.  Menggunakan kata – kata simbolik.

4.      Rentang Respon Sosial
Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif.
Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :
A.    Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari:
a)      Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
b)     Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c)      Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d)     Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
B.     Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari:
a)      Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b)      Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
c)      Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
d)     Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
e)      Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
f)       Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
Rentang Respon Isolasi Sosial

5.      Faktor Predisposisi
terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan. (Stuart and Sundeen, 1995).
1.      Faktor tumbang :
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
.
2.      Faktor komunikasi dalam keluarga :
komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan dimana seorang menerima pesan yang saling bertentangan dlm waktu yg bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi dalam keluarga yg menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

3.      Faktor Sosial Budaya :
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial, disebabkan norma - norma yang salah dianut keluarga, seperti : anggota keluarga tidak produktif  ( lansia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat) diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4.      Faktor biologis.
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan isolasi sosial. Organ tubuh yang dapat memengaruhi terjadinya gangguan hubungan adalah otak, misalnya pada pasien Skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atrofi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal
Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.
6.      Faktor Presipitasi
dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
a.       Faktor eksternal :
stressor sosial budaya : stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya ( keluarga.
b.      Faktor Internal :
stresor psikologik : stres terjadi akibat ansietas berkepanjangan disertai keterbatasan kemampuan mengatasinyaketerba
7.      Sumber Koping
sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif adalah sebagai berikut :
a.       Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
b.      Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan perhatian pada hewan peliharaan.
c.       Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal (misalnya: kesenian, musik, atau tulisan)
Menurut Stuart & Laraia (2005) terkadang ada beberapa orang yang ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarga dan teman yang membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga sebagian orang yang memiliki masalah, tetapi menghadapinya dengan menyendiri dan tidak mau menceritakan kepada siapapun, termasuk keluarga dan temannya.

8.      Mekanisme Koping.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu sebagai berikut:
A.    Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
a.       Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.
b.      Spliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk.
B.     Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
a.       Proyeksi
b.      perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain.
c.       Idealisasi orang lain
d.      Merendahkan orang lain
e.       Identifikasi proyeksi














C.    Pohon Masalah







D.    Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a.       Isolasi sosial
b.      Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
c.       Halusinasi
d.      Defisit Perawatan Diri
e.        Koping Individu Tidak Efektif
f.       Kurang Pengetahuan
g.      Kerusakan Komunikasi Verbal
h.      Kerusakan interaksi sosial
i.        Gangguan proses pikir
j.        Psiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri.


E.     Data Yang Perlu Di Kaji
Masalah Utama = isolasi sosial
1.      Identitas Pasien :
nama, umur, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan, tangggal MRS , informan, alamat klien. dan agama pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya penyakit Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus isolasi sosial.

2.      Identitas penanggung jawab:
Nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat.
3.      Alasan masuk
Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk, menjawab pertanyaan dengan singkat, menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
4.      Faktor Predisposisi
Pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien yang telah mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan keturunan yang mengalami gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak menyenangkan bagi klien sebelum mengalami gangguan jiwa. Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan / frustrasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami , putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, di tuduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
5.      Pemeriksaan fisik
Hasil pengukuran tada vital (TD: cenderung meningkat, Nadi: cenderung meningkat, suhu: meningkat, Pernapasan : bertambah). Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur sehingga bisa terjadi penurunan berat badan. Klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan dirinya.(defisit perawatan diri)
6.             Psikososial
a.       Genogram
b.      Konsep Diri
Citra tubuh
Pada pasien dengan isolasi sosial biasanya terlihat kurus, terlihat lusuh, tidak merawat kebersihan diri dan penampilan, wajah kurang berseri,terlihat malas dan apatis (acuh tak acuh).

Identitas diri.
Pasien dengan isolasi sosial biasanya tidak peduli terhadap dirinya, terhadap orang lain dan lingkungannya.

Peran
Pasien isolasi sosial menganggap bahwa semua yang dilakukan dan di fikirkan tidak bermakna buat orang lain.

Harga diri
Pasien dengan isolasi sosial menganggap bahwa dirinya sudah tidak berguna, jalan fikiranya selalu tidak sesuai dengan orang lain sehingga pasien isolasi sosial lebih memilih untuk menyendiri dan membuat aktifitasnya menurun.
(harga diri rendah)

c.       Hubungan Sosial
Biasanya klien akan mengalami gangguan seperti tidak merasa memiliki teman dekat, tidak pernah melakukan kegiatan kelompok atau masyarakat dan mengalami hambatan dalam pergaulan karena pasien beranggapan bahwa tidak ada yang harus dibicarakan dengan orang lain.
(isolasi sosial)
7.             Status Mental
a.    Penampilan : klien terlihat kurus, tampak lemah  dan pucat, Dalam berpakaian, klien terlihat kurang rapi. Rambut klien tidak tertata. Klien tampak kusam, lesu, dan kuku klien tampak kotor. (Defisit Perawatan Diri)
b.    Pembicaraan : Sering tidak fokus, kadang blocking, Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara. Klien menjawab pertanyaan seperlunya saja, terkadang pembicaraan inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan.( Isolasi sosial & Kerusakan Komunikasi Verbal)

c.    Aktivitas Motorik : Ketika berbincang-bincang kontak mata klien kurang, Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah dan mondar-mandir.(Isolasi sosial)

d.   Alam Perasaan : putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun, gelisah. (Harga Diri Rendah)
e.    Afek
Datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab pertanyaan seperlunya.(Harga Diri Rendah)
f.     Interaksi selama wawancara : Klien kurang kooperatif saat diwawancarai, tidak ada kontak mata. Klien berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh perawat, setelah itu klien kembali diam, mudah dialihkan bila ada klien lain, pembicaraanya kacau, terkadang tidak jelas. Kerusakan Interaksi Sosial
g.    Persepsi : Klien mengatakan ia marah-marah karena dia mendengar ada bisikan-bisikan, klien mengatakan melihat bayangan, tanda-tanda klien berhalusinasi seperti berbicara sendiri, tertawa sendiri.(Halusinasi Pendengaran)
h.    Proses berpikir : Klien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien lebih suka menyendiri. Saat interaksi selama wawancara kontak mata klien tidak fokus,dialihkan bila ada klien lain, pembicaraanya kacau terkadang tidak jelas. Gangguan Proses Pikir
i.      Tingkat kesadaran dan Orientasi
waktu  : klien merasakan bahwa waktu berlalu begitu lama.
 tempat : klien merasa tidak nyaman di lingkungannya.
Gangguan Proses Pikir
j.      Daya Tilik Diri Klien tidak menyadari tentang apa yang diderita klien saat ini. Klien merasa sehat tidak perlu pengobatan khusus untuk dirinya. Kurang Pengetahuan

8.      Mekanisme Koping
a.       Adaptif
Biasanya Klien hanya berbicara seperlunya dengan orang lain.
b.       Maladaptif
Jika pasien mempunyai masalah biasanya lebih memilih untuk memikirkan dan menyelesaikan masalahnya sendiri, tapi jika pasien tidak mampu menyelesaikan pasien akan marah-marah., mengamuk, setelah mengamuk klien seperti hilang ingatan(lupa) dan klien menyendiri lagi. Koping Individu Tidak Efektif
9.      Kurang Pengetahuan Tentan
Pasien dengan isolasi sosial kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa yang di alami sekarang,  belum mengetahui cara pengobatan yang dilakukan.
kurang pengetahuan

F.     Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Isolasi Sosial
Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan
Rasional
Tujuan
Kriteria Evaluasi
TUM:
klien dapat berinteraksi dengan orang lain
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah x pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat. Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini secara verbal
a.       Klien mau menjawab salam
b.      Ada kontrak mata
c.       Klien mau berjabat tangan
d.      Klen mau berkenalan
e.       Klien mau menjawab pertanyyan
f.       Klien mau duduk berdampingan dengan perawat

Mau mengungkapkan perasaannya
1.      Bina hubungan saling percaya dengan
a.       Sapa klien dengan ramah, bak verbal maupun non verbal
b.      Perkenalkan dri dengan sopan
c.       Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di sukai klien
d.      Jelaskan tujuan pertemuan
e.       Buat kontrak interaksi yang jelas
f.       Jujur dan tepati janji
g.      Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
h.      Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat- klien.
(rasmun, 2001)
TUK 2:
Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri

Setelah x interaksi klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari yang berasal dari :
1.      Diri sendiri
2.      Orang lain
3.      Lingkungan

1.      Tanyakan pada klien tentang :
a.       Orang yang tinggal serumah/teman sekamar klien
b.      Orang yang paling dekat dengan klien di rumah/di ruang perawatan
c.       Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
d.      Orang yang tidak dekat dengan klien d rumah atau di ruang perawatan
e.       Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
f.       Upaya yang sudah di lakukan agar dekat dengan orang lain
2.      Kaji pengetahuan klien tentang perilaku meraik diri dan tanda-tandanya
3.      Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain
4.      Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

Pengetahuan tentang isolasi diri dapat meningkatkan hubungan pasien dengan orang lain. (mery.c, 1998)
TUK 3:
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dak kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

1.      dapat menyebutkan keuntungan berhubungan soosial, misalnya:
a.       Banyak temanb
b.      Tidak kesepian
c.       Bisa diskusi
d.      Saling menolong
2.      Setelah x interaksi klen dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, misal : sendiri, tidak punya teman, kesepian, tidak ada teman untuk mengobrol

1.      Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan bergaul dengan norang lain
2.      Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.      Diskuskan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
4.      Beri reinforcemen positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
5.      Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
6.      Beri kesempatan pada klien untuk mengfungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
7.      Diskuskan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
8.      Beri reinforcemen postif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Pasien mungkin tidak menyadari bagaimana ia bisa diterima oleh orang lain. Umpan balik langsung dari individu yang dipercayai dapat membantu mengubah perilaku. (mery.c, 1998)
TUK 4:
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

Setelah x interaksi klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan :
a.       Klien – perawat
b.      Klien – perawat perawat lain
c.       Klien – perawat – perawat lain – klien lain
d.      Klien – kelompok kecil
e.       Klien –keluarga/ kelompok/masyarakat

1)      Observasi perilaku klien saat berhubungan dengan orang lain
2)      Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan/berkomunikasi dengan orang lain melalui :
a.       Klien – perawat
b.      Klien – perawat perawat lain
c.       Klien – perawat perawat lain – klien lain
d.      Klien – kelompok kecil
e.       Klien – keluarga/ kelompok/masyarakat
3)      Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4)      Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
5)      Motivasi dan libatkan klien untuk mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
6)      Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi
7)      Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
8)      Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya  melalui aktivitas yang dilaksanakan
Mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan dapat dengan bermain peran yang memfasilitasi pasien menggunakannya dalam situasi-situasi nyata. (mery.c, 1998)
TUK 5:
Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Setelah x interaksi klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
a.       Diri sendiri
b.      Orang lain
c.       Kelompok

1.      Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain/kelompok
2.      Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan orang lain
3.      Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain

Penguatan positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan. (mery.c, 1998)
TUK 6:
Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial

Setelah x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang :
a.       Pengertian menarik diri
b.      Tanda dan gejala menarik diri
c.       Penyebab dan akibat  menarik dir
d.      Cara merawat klien menarik diri

Setelah x pertemuan keluarga dapat mempraktekkan cara merawat klien menarik diri

1.      Diskusikan tentang pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi prilaku menarik diri
2.      Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
a.       Perilaku menarik diri
b.      Tanda dan gejala menarik diri
c.       Penyebab perilaku menarik diri 
d.      Cara keluarga menghadapi klien yang sedang menarik diri
3.      Diskusikan potensi  keluarga untuk membantu klien mengatasi perlaku menarikdiri
4.      Latih keluarga cara merawat klien menarik diri
5.      Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang telah dilatihkan
6.      Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien berkomunikasi dengan orang lain
7.      Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian mengunjungi klien minimal 1x seminggu
8.      Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai dan keterlbatannya keluarga merawat klien  di rumah sakit
Pengetahuan tentang penggunaan teknik-teknik asertif dapat meningkatkan hubungan pasien dengan orang lain. (mary.c, 1998)
TUK 7:
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Setelah x interaksi klien menyebutkan :
a.       Manfaat minum obat
b.      Kerugian tidak minum obat
c.       Nama,warna,dosis,efek terapi dan efek samping

Setelah x interaksi klien mendemontrasikan penggunaan obat dan menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter

1.      Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,nama,warna,dosis,cara,efek terapi dan efek samping penggunaan obat
2.      Pantau klien saat penggunaan obat
3.      Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat agar dapat merasakan manfaatnya
4.      Beri pujian jka klien menggunakan obat dengan benar
5.      Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
6.      Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan
Penguatan positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan. (mery.c, 1998)

G.    Implementasi
Masalah           : isolasi sosial
Pertemuan       :
A.    Proses Tindakan Keperawatan pasien
Strategi Komunikasi Dan Pelaksanaan pasien.
1.      Strategi Pelaksanaan 1 Pasien.
A.    Fase orientasi
a.       Salam terapeutik.
Contoh dialog:
“selamat pagi saya suster FH, biasa di panggil H, saya perawat diruang mawar ini”.
“siapa nama anda? Senang di panggil apa?”
b.      Evaluasi atau validasi.
Contoh dialog:
“apa keluhan Ny. M hari ini?”
c.       Kontrak: topik, tempat, waktu.
Contoh dialog:
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman Ny.M?”
“mau dimana kita bercakap-cakap?... bagaimana kalau dihalaman?”
“mau berapa lama kita bercakap-cakap?.. bagaimana kalau 15 menit?”

B.     Fase kerja.
a.       Mengidentifikasi penyebab isolasi pasien.
Contoh dialog:
(jika pasien baru):
“siapa saja yang tinggal serumah dengan Ny.M?”
“siapa yang paling dekat dengan Ny.m?”
“Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan Ny.m?”
“apa yang membuat jarang bercakap-cakap?”

(jika pasien sudah lama dirawat):
“apa yang Ny.M rasakan selama Ny.M dirawat disini?”
“Ny.M apa merasa sendirian?”
“siapa saja yang Ny.M kenal diruangan ini?
“apa saja yang dilakukan dengan teman yang Ny.M kenal?”
“apa yang menghambat Ny.M dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien lain?”
b.      Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
Contoh dialog:
“menurut Ny.M  apa manfaat jika kita memiliki teman?“
“wah.. benar ada teman untuk bercakap-cakap.. apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa).
c.       Berdikusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
Contoh dialog:
“nah sekarang berarti banyak juga kerugian jika kita tidak punya teman ya??”
“jadi apakah Ny.M mau belajar bergaul dengan orang lain?”
d.      Mengajarkan  pasien cara berkenalan dengan orang lain.
Contoh dialog:
“bagus,, bagaimana kalau sekarang kita mulai belajar berkenalan dengan orang lain?”
“Ny.M sudah tau belum caranya bagaimana berkenalan dengan orang lain?”
“begini loh Ny.M, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita, nama panggilan yang kita sukai, asal kita dan hobi kita.
Contohnya: nama saya Ny.Mi, suka di panaggil Ny.M, asal saya dari kota X, hobi memasak”
“ayo Ny.M coba,, misalkan saya belum kenal dengan Ny.M! coba berkenalan dengan saya... ya, bagus sekali. Coba kita latihan sekali lagi..”
“nah,,, setelah Ny.M berkenalan dengan orang tersebut. Ny.M bisa berbincang-bincang tentang hal-hal yang menyenangkan Ny.M, misalkan tentang hobi, keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”
Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.


C.     Fase Terminasi
a.       Evaluasi subyektif dan evaluasi obyektif
“bagaimana perasaan Ny.M setelah kita latihan berkenalan?”(melihat respon paisen)
b.      Rencana tindak lanjut
“Ny.M tadi sudah mempraktikan cara berkenalan dengan baik sekali.. Ny.M selanjutnya dapat mengingat-ingat apa yang sudah kita pelajari tadi,, jadi selama saya tidak ada Ny.M sudah lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain?”
c.       Kontrak yang akan datang
“Ny.M maukan mempraktikan dengan orang lain?”
“bagaimana kalau Ny.M mencoba berkenalan dengan teman atau prawat disini?
“mau kan..?” baikalah kita bertemu besok di tempat dan pukuyl yang sama ya Ny.M?”
“baiklah sampai jumpaa..”

2.      Strategi Pelaksanaan 2 Pasien.
A.    Fase Orientasi.
a.       Salam terapeutik.
“selamat pagi Ny.M?”
“bagaimana perasaannya hari ini?”
b.      Evaluasi atau validasi.
“sudah diingat-ingat lagikan pelajaran kita tentang berkenalan?”
 “coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan perawat!”
c.       Kontrak: topik, tempat, waktu.
“bagus sekali Ny.M masih ingat,, nah seperti janji saya,, saya akan mengajak Ny.M berkenalan dengan teman saya, perawat W, tidak lama kok,, sekitar 10 menit.. mau kan Ny.M?”
“ayo kita temui perawat W disana..!!
B.     Fase Kerja.
a.       Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.
“selamat pagi perawat W.. ini ada yang mau berkenalan dengan perawat W.. :”
“baiklah Ny.M bisa berkenalan dengan perawat W seperti apa yang kita praktikan kemarin..
b.      Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mempraktikan cara berkenalan dengan satu orang.
(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat W : memberi salam, memberi tahu nama, menyakan nama, dan seterusnya).
“adalagi yang Ny.M ingin tanyakan pada perawat W?”
“coba tanyakan keluarga perawat W?”
“jika tidak ada lagi yang ingin Ny.M tanyakan, Ny.M dapat menyudahi perkenalan ini.”
Dan silahkan Ny.M membuat janji untuk bercakap-cakap lagi dengan perawat W”.

c.       Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
“baiklah perawat W karena sudah selesai untuk berkenalan saya dan Ny.M akan keruangan Ny.M.
“selamatpagii..!”
(bersama pasien meninggalkan perawat W untuk melakukan terminasi dengan Ny.M di ruangan lain).

C.     Fase Terminasi.
a.       Evaluasi subyektif dan obyektif
“bagaimana perasaan Ny.M setelah berkenalan dengan perawat W?”
“Ny.M tadi bagus sekali saat berkenalan”.
“pertahankan terus apa yang sudah Ny.M lakukan tadi, jangan lupa menanyakan topik lain agar perkenalannya menjadi lebih lancar, misalnya: menanyakan keluarga, hobi dan seabagainya.”
b.      Rencana tindak lanjut.
“bagaimana Ny.M mau mencoba lagi dengan perawat lain?”
c.       Kontrak tempat yang akan datang
“bagaimana kalau kita membuat jadwal laihan? Mau berapa kali sehari?bagaimana  kalau setiap hari? Jam berapa? Bagaimana kalau jam nya sama dengan hari ini, tempatnya jg disisni?
“ya sudah kalau begitu, sampai ketemu besok Ny.M?”.

3.      Strategi Pelaksanaan 3 Pasien.
A.    Fase Orientasi.
a.       Salam terapeutik.
“selamat pagi... bagaimana perasaan Strategi Pelaksanaan 2 Pasien hari ini?”
b.      Evaluasi atau validasi
“apakah Ny.M bercakap-cakap dengan perawat M kemarin? (jika pasien jawab iya, perawat akan melanjutkan komunikasi berikutnya dengan pasien)”
“bagaimana perasaan Ny.M setelah bercakap=cakap dengan perawat M kemarin?”
“bagus sekali karena Ny.M senang punya teman lagi..”
c.       Kontrak : topik, tempat, waktu
“kalau begitu Ny.M ingin menambah teman lagi?”
Bagaimana kalu kita sekranag berkenalan lagi dengan teman 1 ruangan Ny.M yang lain? Seperti biasa kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia diruang makan”.

B.     Fase Kerja.
a.       Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.
“Selamat pagi, ini ada pasien yang ingin berkenalan” apa Ny.O brersedia?”
b.      Memberi kesempatan pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih.
“baiklah Ny.M, Ny.M sekarang bisa berkenalan degannya seperti yang sudah kita lakuakn sebelumnya.”
(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan pasien O : memberi salam, memberi tahu nama, menyakan nama, dan seterusnya).
c.       Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal harian pasien.
“adalagi yang Ny.M ingin tanyakan pada pasien O?”
“coba tanyakan keluarga pasien O?”
“jika tidak ada lagi yang ingin Ny.M tanyakan, Ny.M dapat menyudahi perkenalan ini.”
Dan silahkan Ny.M membuat janji untuk bercakap-cakap lagi dengan Pasien O”. (Ny.M membuat janji dengan pasien O).
“baiklah karena sudah selesai, saya dan Ny.M akan kembali keruangan Ny.M.
“selamat pagi..(perawat dan Ny.M meninggalkan pasien O untuk melakukan terminasi dengan Ny.M diruangan lain).”



C.     Fase Terminasi.
a.       Evaluasi subyektif dan obyektif
“bagaimana perasaan Ny.M setelah berkenalan dengan pasien O?”
“dibandingkan dengan kemarin Ny.M tampak lebih baik ketika berkenalan dengan pasien O, pertahankan apa yang sudah dilakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu dengan pasien O. (pasien terlihat bahagia)
b.      Rencana tindak lanjut
“bagaimana jika kegiatan berkenalan kita tambahkan lagi di kegiatan harian Ny.M menjadi 3 kali perkenalan dalam sehari,, bagaimana?? Apa Ny.M setuju?”
c.       Kontrak waktu
“Baiklah besok kita bertemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ny.M pada jam yang sama dan tempat yang sama ya,,”
“ sampai besok..!!”.

B.     Proses Tindakan Keperawatan pada keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA
1.      Strategi pelaksanaan 1 keluarga
A.    Fase orientasi
1.      Salam terapeutik.
“selamat pagi PAK,, saya suster FH, biasa di panggil H, saya perawat diruang mawar ini, yang merawat anakbapak Ny.M diruang Mawar ini”.
“siapa nama anda? Senang di panggil apa?”
2.      Evaluasi atau validasi.
“bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana keadanaan Ny.M sekrang?”
3.      Kontrak: topik, tempat, waktu.
“bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak bapak dan cara perawatannya?”
“kita diskusi disini saja ya bapak..berapa lama bapak punya waktu untuk bercakap-cakap dengan saya?” bagaimana kalau setengah jam?
B.     FASE KERJA
a.       Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
Apa masalah yang bapak hadapi dalam merawat Ny.M?”
“apa saja yangsudah bapak lakukan kepada Ny.M?”
b.      Menjelaskan tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
“masalah yang dialami oleh anak bapak Ny.M, disebut isolasi sosial. Ini juga termasuk salah satu gejala penyakit yang dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwayang lain”.
“tandanya  antara lain: tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri dan kalupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
“biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan ketika berhubungan dengan oramg lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang yang sangat dicintai.
“jika masalah sosial ini tidak diatasi, seseorang dapat mengalami halusinasi, yakni melihat bayangan atau mendengan bayangan yang sebenarnya tidak ada.”
“untuk menghadapi masalah yang demikian bapak dan keluarga yang lain harus sabar menghadapi Ny.M”
c.       Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial.
“untuk merawat Ny.M keluargaperlu melakukan beberapa hal:
1.      Bina hubungan saling percaya dengan Ny.M. caranya adalah dengna bersikap peduli terhadap Ny.M dan jangan ingkar janji.
2.      Keluarga perlu memberikan dorongan kepada Ny.M untuk dapat melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain.
3.      Berikan pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi Ny.M.
4.      Jangan biarkan Ny.M sendiri.
5.      Buatlah rencana bercakap-cakap dengan Ny.M misalnya ibadah bersama, makan bersma, rekreasi bersama, atau melakukan kegiatan rumah tangga bersama.
“Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu?
Begini contoh komunikasinya pak,, “Ny.M bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincanganya juga lumayan lama, bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, nak bagaimana kalau kamu mencoba berbincang-bincang dengan yang lain, bagai mana nak kamu mau coba?”
“nah,, sekarang coba bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan!
“bagus baoak telah memperagakan dengan baik sekali”
Sampai disini ada yang ditanyakan pak?

C.     TERMINASI
a.       Evaluasi subyektif dan obyektif)
“baiklah,, waktunya sudah habis,, bagaimana perasan bapak setelah kita latihan tadi?”
“ coba bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial?” selanjutnya dapatkah bapak mengulang kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami masalah isolasi sosial?”(ayah pasien terlihat memahami dan kooperatif)
b.      Rencana tindak lanjut
“bagus sekali,, bapak dapat menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut!”
“nanti ketemu Ny.M coba bapak lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama”.
c.       Kontrak yang akan datang
“bagaimana kalau kita bertemu 3 hari lagi untuk latihan langsug dengan Ny.M?” kita bertemu disini ya pak, pada jam dan tempat  yang sama.
2.      Strategi pelaksanaan 2 keluarga
A.    Fase orientasi
1.      Salam terapeutik.
“selamat pagi PAK,,
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
2.      Evaluasi atau validasi
Bapak masih ingat latihan merawat anak bapak sesperti yang qt pelajari beberapa hari yang lalu?”.
3.      Kontrak: topik, tempat, waktu.
“mari praktikkan langsung pada Ny.M, Bapak punya waktu? Baik kita akan coba 30 menit”
“sekarang mari kita temui Ny.m.
B.     Fase Kerja.
d.      Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
“Selamat pagi Ny.M... bagaimana perasaan hari ini??”
“Ny.M Ini ada bapak membesuk. Beri salam! Baguus.
“tolong Ny.M tunjukkan jadwal kegiatannya!”(kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
e.      Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolsi sosial.
“nah.. pak sekarang bapak dpat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari yang lalu. (perawat mengobservasi keluarga,mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”
“bagaimana perasaan Ny.M setelah berbincang-bincag dengan ayah Ny.M?”
“baiklah sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”
C.     Terminasi
a.       Evaluasi subyektif dan obyektif
“bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tadi? Bapak sudah bagus melakukannya tadi” (lebih mengetti dan antusias dengan kesembuhan anaknya)
b.      Rencana tindak lanjut
“mulai sekarang bapak sudah dapat melakukan cara perawat tersebut”
“bapak silahkan membagi ilmu ini dengan keluarga dirumah agar semua mengerti dan memahami keadaan pasien”
c.       Kontrak yang akan datang
“3 hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan penglaman bapak melakukan cara merawat yang sudah kita peajari waktu dan tempat nya sama ya bapak..”

3.      Strategi pelaksanaan 2 keluarga
A.    Fase orientasi
1.      Salam terapeutik.
“selamat pagi PAK,, Karena besok Ny.M sudah boleh pulang kita perlu membicaraka tentang perawatan Ny.M dirumah”
2.      Evaluasi atau validasi
“bagaimaa kalau kita membicarakan jadwal NyM tersebut disini saja?”
3.      Kontrak: topik, tempat, waktu.
“mari praktikkan langsung pada Ny.M, Bapak punya waktu? Baik kita akan coba 30 menit”
B.     Fase Kerja.
a.       Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minuman obat (discharge planning)
“bapak, ini jadwal Ny.M selama dirumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan dirumah! Dirumah bapaklah yang menggantikan perawat”
b.      Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
“lanjutkan jadwal ini dirumah, jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya, berikan pujian jika benar dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan anak bapak selama dirumah, misalnya kalau Ny.M terus menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau emperlihatkan perilaku membahayakan orang lai. Jika hal itu terjadi segera hubungi perawat.
C.     Terminasi
a.       Evaluasi subyektif dan obyektif
“bagaimana pak?? Ada yang belum jelas? Bagaimana perasaan bapak?
b.      Rencana tindakan
“Ini jadwa kegiatan harian Ny.M untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk Ny.M”
“jika terjadi apa-apa pada Ny.M langsung d priksakan ya bapak...”
c.       kontrak yang akan datang
baiklah kita bertemu lagi saat waktunya Ny. Harus kontrol...
“Jangan lupa untuk kontrol ya pak..” terimakasihatas kerjasamanya bapak..
H.    Evaluasi

diagnosa
tujuan
Evaluasi
Isolasi Sosial
TUK 1:
S :
a.       Klien tidak menjawab salam, hanya memberikan sedikit senyum
b.      klien menjawab pertanyaan dengan singkat.
c.       klien mengatakan namanya Ny.M
d.      Klien mengatakan sedih dan ingin pulang
e.       Klien mengatakan malas berbincang dengan orang lain
f.       Klien mengatakan hanya ingin menyendiri
O
a.       Klien menunjukan wajah cerah dan sedikit tersenyum
b.      Klien mengulurkan tangan
c.       Klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat
d.      Adanya kontak mata klien dengan perawat
e.      Klien menjawab pertanyaan dengan singkat.
A
Hubungan saling percaya perlu ditingkatkan
P
Lanjutkan TUK 2
Isolasi Sosial
TUK 2
S :
a.       Klien mengatakan klien tinggal dengan ibu klien, saudara klien sudah berkeluarga
b.      Klien mengatakan tidak ada orang yang terdekat.
c.       Klien mengatakan orang yang terdekat/tidak dekat dengan klien dirumah.
d.      Klien mengatakan takut orang lain tidak mau menerima dirinya, karna dirinya tidak bisa apa-apa
e.      Klien mengatakan malas berbincang-bincang dengan orang lain dan hanya ingin menyendiri
f.        Klien mengatakan apabila ada masalah klien selalu murung dikamar
g.       Klien mengatakan mengerti manfaat hubungan sosial dan kerugian menarik diri setelah
O
a.       Klien mau mengungkapkan perasaannya dengan bahasa ferbal
b.      Klien bisa mempraktikkan dengan perawat cara berkenalan dengan benar
c.       Klien belum berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
d.      Klien belum mau bercakap-cakap dengan orang lain selain perawat
e.       Klien masih sering menyendiri
A:
a.       Klien mau menjelaskan penyebab isolasi sosial klien
b.      Klien belum mampu sepenuhnya menjelaskan keuntungn berhubungan sosial dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
c.       Klien mampu mendemonstrasikan cara berkenalan dengan satu orang.
P:
Lanjutkan TUK 3
Isolasi Sosial
TUK 3
S:
f.        Klien mengatakan dari kemarin klien tidak ada melakukan berkenalan dan bebincang-bincang dengan orang lain
g.       Klien mengatakan mau berkenalan dengan Ny.M
h.      Klien mengatakan senang setelah berkenalan
O:
a.       Klien belum berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
b.      Klien masih sering menyendiri
A:
a.       Klien belum mau berkenalan dan berbincang-bincang dengan orang lain secara mandiri
b.      Klien mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang dengan benar
P:
Lanjut ke SP4 pasien
Isolasi Sosial
TUK 4
S:
a.       Klien mengatakan kien sudah pernah berbincang-bincang dengan teman klien.
b.      Klien mengatakan senang setelah berkenalan
O:
a.       klien sudah mulai berinisiatif berbincang-bincang dengan orang lain
b.      klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang kedalam jadwal kegiatan harian klien.
c.       klien tanpak senang setelah berkenalan dengan dua orang
A:
a.       Klien sudah mau berbincang-bincang dengan orang yang sudah klien kenal secara mandiri
b.      Klien belum mampu melakukan berkenalan dengan orang lain yang blm dikenal secara mandiri
P:
• lanjutkan ke SP 5
Isolasi Sosial
TUK 5
S:
a.       Klien mengatakan senang dapat berhubungan dengan orang lain/ kelompok.
b.      Klien mengatakan tertarik dan akan menambah untuk berinteraksi dengan orang lain.
O:
a.       Klien nampak senang dengan bertambahnya berhubungan dengan orang lain
b.      Klien nampak membuka diri kepada orang lain, dan berkurangnya klien untuk menyendiri.
A:
klien mampu dan mau menambah untuk berhubungan dengan orang banyak.
P:
Lanjutkan k SP 6.
Isolasi Sosial
TUK 6
S:
a.       Klien mengatakan membutuhkan dorongan keluarga dan masyarakat untuk kesembuhannya.
b.      Klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga.
O:
a.       Klien terlihat antusias dalam menambah jumlah orang untuk berhubungan.
b.      Klien terlihat senang karena sudah memahami keuntungan dan kerugian dalam berhubungan dengan orang lain.
A:
Klien mampu menambah jumlah orang unuk berhubungan.
P:
Lanjutkan ke SP 7
Isolasi Sosial
TUK 7
S:
a.       klien mengatakan ingin sembuh.
b.      Klien dapat berhubungan dengan orang lain dengan baik
O:
a.       Klien nampak rajin dalam mengkonsumsi obat.
b.      Klien nampak senang terhadap perubahan dengan terbiasanya berhubungan dengan orang lain.
A:
Klien mampu untuk menjadwalkan untuk meminum obat tepat waktu.
P:
hentikan intervensi



























I.       API (Analisa Proses Interaksi)
API (Analisa Proses Interaksi)
Tugas Individu
Initial klien :
Usia :
Interaksi kelingkungan :
Deskripripsi:
Tujuan interaksi:
Waktu interaksi:
Nama mahasiswa:
Komunikasi verbal
Komunikasi non verbal
Analisa berpusat pada klien
Analisa berpusat pada perawat
Rasional
P :
K :

J.      DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Dorland.1998.Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. 2010. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rasmun,Skp. 2001.Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga. Jakarta : EGC
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Townsend M. C,  (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC.

Komentar

  1. terima kasih, sangat bermanfaat dan lengkap.. saya berharap API nya juga diisi seperti apa, dan bagaimana.. ^^

    BalasHapus
  2. Terimakasih. Dari sistem Segera kami berikan. Semoga puas dengan isi blog ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ChorioCharsinoma

Asuhan Keperawatan Neuroma Akustik