ABORTUS

BAB II
KONSEP TEORI
2.1. Konsep kehamilan
1.    Definisi
Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepi sampai dari mulai nya  persalinan atau lahirnya janin. Lamanya kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu.Dihitung dari hari pertama haid terakhir.(Mochtar, 1998)
Kehamilan normal meruakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)
2.    Proses Terjadinya Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalm air main terdapat spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor yang dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila pada saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang akan berkembang menjadi janin atau fetus. (Sastrawinata, 1983)
3.      Usia Kehamilan
Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 – 12 minggu
b. Trimester II antara 12 – 28 minggu
c. Trimester III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998)
4.      Gejala dan Tanda Kehamilan
a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan  meliputi :
1)        Amenorea ( tidak dapat haid )
2)        Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
3)        Mengidam
4)        Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
5)        Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
6)        Sering berkemih
7)        Obstipasi ( susah buang air besar )
8)        Pigmentasi pada kulit terdapat pada: Epulis dan Varises
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
1)   perut membesar sesuai dengan tuannya kehamilan,perubahan terjadi dalam bentuk besar dan konsistensi perut juga mengalami perubahan.
2)   Tanda hegar ( segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah istmus uteri, bagian ini menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan pemeriksaan dalam pada fornix posterior seperti saling bersentuhan.
3)   TandaChadwicks merupakan warna kebiruan pada vagina yang terjadi karena pelebaran pembuluh darah.
4)   Tanda Piskacek ( uterus besar dan lunak ), merupakan pembesaran fundus uteri yang tidak rata karena daerah implantasi janin akan tumbuh lebih cepat.
5)   Kontraksi Braxton-hicks, keadaan dimana corpus uteri menjadi lebih keras.
6)   Teraba ballotemen.
7)   Pemeriksaan tes kehamilan positif.
5.      Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada Saat Kehamilan
Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh wanita, perubahan tersebut terjadi karena respon tubuh terhadap kehamilan dimana organ-organ tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas dan fungsi serta sebagai pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi sebagai tanda adanya sebuah proses.
Perubahan tersebut meliputi :
a.    Perubahan uterus
        Uterus akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon tersebut pada akhir kehamilan menjadi 1000 gram.Bentuk uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan keempat akan berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, 2005)
b.    Serviks uteri
        Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena peningkatan hormon estrogen.Serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat dan banyak mengandung kolagen, jaringan otot hanya 10 %. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks uteri menjadi lebih lunak. (Winkjosastro, 2005)
c.    Vagina dan vulva
        Pada vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormon estrogen . Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan ( livide ), tanda ini disebut juga tanda Chadwick. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat. (Winkjosastro, 2005)
d.    Payudara ( mamae)
        Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada payudara.Disamping itu, dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. (Winkjosastro, 2005)
e.    Sirkulasi darah ibu
        Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu. (Winkjosastro, 2005)
f.      Sistem respirasi ( pernafasan)
        Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas pendek yang ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal ini disebabkan karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma tertekan dan kurang leluasa bergerak. Kebutuhan akan oksigen pada wanita hamil meningkat ± 20 % sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam. (Winkjosastro, 2005)
g.    Traktus digestivus ( pencernaan )
        Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa enek (nausea).Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot-otot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada diusus. (Winkjosastro, 2005)
h.    Traktus urinarius ( perkemihan )
        Pada bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering buang air kecil, hal ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi karena kandung kemih mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah pintu panggul. (Winkjosastro, 2005)
i.      Kulit
        Kulit mengalami hiperpigmentasi yang biasa terdapat pada dahi, hidung yang dikenal sebagai kloasma gravidarum. Pada areola mammae, linea alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkata melanophore stimulating hormon (MSH). (Winkjosastro, 2005)
j.      Berat badan bertambah
        Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira antara 6,5 kg – 16,5 kg atau rata-rata 12,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 1,5 kg per minggu. (Winkjosastro, 2005)
2.2. KonsepAbortus
1.    Definisi abortus
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.(Sastra winata, Sulaiman 1984)
Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umur hamil kurang dari 28 minggu (Manuaba, 1998:214).
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses abortus kehamilan yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gr (Ida, Bagus 2007).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya < 500gr. (Derek liewollyn & Jones, 2002).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
2.    Klasifikasi abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
a.    Menurut terjadinya abortus dibedakan atas:
1)      Abortus spontan yairu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Jenis-jenis abortus spontan antara lain:
a)    Abortus membakat (imminens) yaitu abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.Dalam hal ini, keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
b)   Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang berlangsung dan mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, ketuban yang teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Terapi seperti abortus inkomplit.
c)    Abortus inkomplit (keguguran yang tersisa) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.Abortus komplit artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong. Terapi hanya dengan uterotonika.
d)   Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10 5dari kehamilan dan abortus habitualis3,6-9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami 2 abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal, hanya sekitar 16 %.
e)    Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genital.
f)    Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.
g)   Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati, bisa diresorbsi kembali sehingga hilang, bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus, atau bisa jadi mola karnosa dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
2)      Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
a.       Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b.      Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
3.    Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1.      Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a.     Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
b.    Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c.     Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
2.      Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3.      Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4.      Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
4.    Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
5.    Tanda &gejala
Gejala awal yang hampir selalu ada adalah perdarahan akibat adanya pemisahan antar ovum yang telah dibuahi di uterus. Pendarahan yang terjadi biasanya terjadi selama berhari-hari sebelum terjadinya kram uterus atau perdarahan dapat di ikuti dengan segera oleh kram uterus. Pada umumnya, perdarahan ringan akan terjadi selama beberapa minggu. Kontraksi uterus akan mengalami pelunakan dan membuat serviks melebar dan akan menyebabkan pengeluaran hasil konsepsi yang komplet atau tidak komplet.
Beberapa studi telah menunjukan bahwa apabila hidup, pertumbuhan janin ynag semestinya akan terlihat pada gestasi minggu ke 8, angka kematian janin yang berusia kurang dari 28 minggu adalah sebanyak 2% apabila wanita berusia kurang dari 30 tahun dan sebesar 55 sampai 10% apabila wanita berusia lebih dari 40 tahun (Bennet, 1992). Aborsi spontan umumnya terjadi pada 1 sampai 3 minggu setelah kematian embrio atau janin (Keperawatan Maternitas:Vol 2)
            Tanda dan gejala abortus menurut jenisnya, antara lain:
a.    Abortus imminen
1)   Terasa nyeri/ kram pada abdomen ringan.
2)   Disertai pendarahan ringan, encer.
3)   Pemeriksaan dalam/spekulumnya:
·      Tidak tertutup
·      Hegar positif
·      Piskacek positif
·      Chadwieck positif
4)   Tes kehamilan positif
b.   Abortus insipien
1)   Terasa nyeri, kram berat.
2)   Pendarahan banyak bahkan disertai gumpalan.
3)   Pemeriksaan dalam:
·      Ketuban menonjol
·      Teraasa kontraksi uterus berlanjut
4)      Tes hamil mungkin masih positif.
c.       Abortus inkomplet
1)      Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih ada di dalam uterus.
2)      Merupakan ancaman terjadi pendarahan.
3)      Pemeriksaan dalam
·  Kemungkinan teraba jaringan sisa.
·  Pendarahan mungkin masih bertambah, setelah pemeriksaan dalam.
4)      Tes kehamilan mungkin masih positif, tetapi hamil tidak dapat dipertahankan.
d.      Abortus komplet
1)      Pendarahan sudah minimal.
2)      Jaringan sudah ekspulsi total.
3)      Besarnya uterus mendekati normal.
4)      Peeriksaan dalam: Jaringan kosong, pendarahan minimal.
           
6.    Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat abortus antara lain:
1.    Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2.    Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
7.    FaktorRisiko / Predisposisi Yang (Diduga) Berhubungan Dengan Terjadinya Abortus.
a.       Usia ibu yang lanjut
b.      Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
c.       Riwayat infertilitas
d.      Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
e.       Berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
f.       Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb).
g.      Trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
h.      kelainan kromosom (trisomi / monosomi)Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
8.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus menurut jenisnya, antara lain:
a.       Abortus imminen
1)   Sebaiknya istirahat total, terutama yang pernah abortus.
2)   Terapi medikamentosa:
·      Sedativa ringan
·      Hormon plasentogenik hormonal: Duphaston, Gestanon, Premaston.
·      Relaksans
·      Duphadian
3)   Kegagalan terapi akan menjadi abortus insipien.
b.      Abortus insipien
1)   Abortus sudah tidak mungkin dihindari sehingga sebaiknya diikuti dengan terminasi.
2)   Mempercepat kontraksi otot uterus sehingga pendarahan dapat dihentikan.

c.       Abortus inkomplet
1)   Bahaya pendarahan selalu akan mengancam sehingga dilakukan mengeluarkan sisa hasil konsepsi dengan kuretase.
2)   Untuk kepastian sebaiknya diperiksakan PA
3)   Teapi tambahan dalam betuk: Infus cairan pengganti, Transfusi darah, Antibiotik IV/IM dan uteronika sehingga pendarahan segera dapat diatasi.
d.      Abortus komplet
1)   Sebagian ahli berpendapat, oleh karena sudah lengkap ekspulsi, tidak perlu dibersihandengan kuretase.
2)   Akan tetapi, sebaiknya dilakukan kuretase sehingga bersih.
3)   Ketinggalan sisa hasil konsepsi menimbulkan bahaya:
·           Pendarahan berlangsung lama
·           Bahaya infeksi semakin meningkat, dapat diikuti infertilitas
·           Degenerasi ganas menjadi khorio-Ca
(Ida Bagu.2007)
e.       Missed abortion
1)    Dilatasi dengan pematangan laminaria stift
2)    Setelah kematian janin, beri pitocin.
f.       Abortus habitualis
1)   Pemberian tyroid hormon
2)   Terapi subtitusi, misalnya sring diberi progesteron.
3)   Operasi Shirodkar
(Sastrawinata, sulaiman: 1981)
9.         Pemeriksaanlaboratorium :
a.    Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
b.    Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
10.     Pemeriksaan Penunjang
a.       Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b.      Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c.       Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
NURSING PATHWAY

 

 
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1.   Pengkajian
Adapun hal hal yang perlu di kaji adalah :
a.     Biodata:
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
1.    Nama          :
2.    Umur          :
3.    Agama        :
4.    suku bangsa:
5.    Pendidikan :
6.    Pekerjaan    :
7.    Status          :
8.    Alamat        :
b.    Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya pendarahan pervagina   berulang 
c.     Riwayat kesehatan:
1)   Riwayat kesehatan sekarang yaitu
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau  pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2)   Riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau  pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
3)   Riwayatpenyakityang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
4)   Riwayat kesehatankeluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
5)   Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
6)   Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
7)   Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
8)   Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

4.2.  Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
1.      pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum tampak lemah
b.      kesadaran menurun,
c.       Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
d.      tanda-tanda vital :
1)    Tekanan darah normal atau menurun,
2)    Denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
3)    Suhu badan normal atau meningkat.
2.      Pemeriksaan fisik
a.    Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Palpasi :
·    Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
·     Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
·      Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
·      Pemeriksaan abdomen
·     Abdomen lunak,uterus dapat teraba dan nyeri tekan yang hebat pada abdomen,menunjukan iritasi peritoneum karena infeksi atau pendarahan intra abdomen.
c.   Auskultasi:
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
d.  Pemeriksaan laboratorium:
·      Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
·     Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
4.1. Diagnosa
1.         Defisit kekurangan cairan b.d pendarahan
2.         Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
3.         Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
4.         Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5.         Cemas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin.

4.2.  Diagnosa keperawatan dan intervensi
1.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

No
Intervensi
Rasional
6.     
Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2.
Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3.
Kolaborasi pemberian analgetika

Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

2.      Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
No
Intervensi
Rasional
1.     
Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2.
Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3.
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Mengistiratkan klilen secara optimal
4.
Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5.
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

Menilai kondisi umum klien

3.   Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlahmaupun kualitas.
No
Intervensi
Rasional
1.         
Kaji kondisi status hemodinamika


Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2.       
Ukur pengeluaran harian

Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3.
Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif

4.
Evaluasi status hemodinamika
Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
1.4.  Evaluasi  
Berdasarkan perencanaan di atas maka hasil evaluasi yang diharapkan meliputi :
1)        kecemasan ibu berkurang
2)        Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
3)        Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
4)        Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
5)        Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya diakhiri dengan abortus.Dan kejadian abortus sangat banyak ditemukan yang merupakan salah satu dari perdarahan dalam masa kehamilan.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ChorioCharsinoma

Asuhan Keperawatan Neuroma Akustik

ISOLASI SOSIAL