retinoblastoma flipchat
flipchat retinoblastoma
MATERI
1.1 Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah
satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan
anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan
juga kematian. Di
negara berkembang, upaya
pencegahan dan deteksi dini belum
banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan
yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut
Dalam penelitian menyebutkan
bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah
memiliki masalah penglihatan.
Namun seringkali anak-anak
sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu,
skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan
sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada
saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan
rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap
2 tahun dan
harus lebih sering
apabila telah ditemukan masalah
spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun
makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retinablastoma
ke masyarakat luas yang mana di negara
Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat
perlu memahami dan mengetahui
mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apakah definisi
Retinoblastoma?
b.
Apa etiologi dari
penyakit Retinoblastoma?
c.
Apa saja tanda dan
gejala penyakit Retinoblastoma?
d.
Bagaimana penatalaksanaan
penyakit retinoblastoma?
e.
Apa komplikasi penyakit
Retinoblastoma?
1.3 Tujuan Umum
Secara umum,
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sistem persepsi sensori.
1.4 Tujuan Khusus
2.
Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma.
3.
Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit
retinablastoma.
4.
Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma.
5.
Mengetahui
penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma.
6.
Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
retinoblastoma
7.
Mengetahui PNP dari penyakit
Retinoblastoma
8.
Memahami berbagai macam pemeriksaan penunjang pada penderita retinoblastoma.
2.1 Definisi
Retinoblastoma, yang muncul dari retina adalah
tumor intraokuler
kongenital ganas yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. (Donna L.
Wong, dkk : 734).
Retinoblastoma adalah
tumor intraokuler maligna primer masa anak yang paling lazim. Ia terjadi pada
kira-kira 1 dalam 18.000 bayi. (Berhman, dkk : 2000).
Retinobalstoma (RB) adalah
keganasan intraokuler primer tersering pada anak. (Abraham M. Rudolph, dkk :
2311).
Retinoblastoma
adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus
ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah
24 bulan pada
kasus unilateral, 13
bulan pada kasus
kasus bilateral. Beberapa kasus
bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma
unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).
2.2 Etiologi
Kelainan kromosom Terjadi karena kehilangan
kedua kromosom dari satu pasang alel dominant protektif yang berada dalam pita
kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah
tidak terdapatnya gen
penekan tumor, yang
sifatnya cenderung diturunkan.
Kanker bisa menyerang salah satu
mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang
diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke
otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
Faktor genetik
RB tampaknya
timbul hanya apabila kedua alel dari sebuah onkogen supresor yang terletak di
regio q14 kromosom 13 tidaka ada/cacat. (Abraham M. Rudolph, dkk : 2311).
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua
baik, pada beberapa anak, bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal
perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang menyebabkan kelainan gen,
melainkan yang paling mungkin menjadi kesalahan acak selama proses copy yang
terjadi ketika sel membela
2.3 Patofisiologi
Retinoblastoma berasal dari jaringan embrional
retinal bersifat malignancy, kongenital dan herediter serta dapat menyerang
atau tumbuh 1 atau kedua mata. Tumor tumbuh melalui mutasi genetik secara
spontan atau sporadis atau diturunkan melalui autosomal dominant.
Jika letak
tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan
vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke
segmen anterior mata, akan menyebabkan
glaucoma atau tanda
peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini
dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke
otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke
sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi
dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke
kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum
tulang dan visera , terutama hati.
Tumor mata ini, terbagi atas IV
stadium, masing-masing:
•
Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
•
Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
•
Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui
ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
•
Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada beberapa kasus
terjadi penyembuhan secara spontan, sering
terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien
yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
2.4 Tanda dan Gejala
ü Pupil merah muda keputihan yang menonjol
keluar dari retina ke dalam ruang vitreous.
ü Penurunan pengelihatan
ü Refleks mata kucing/ refleks pupil putih
(Leukokoria) karena tumor pucat yang meninggi di kutup posterior mata.
ü Strabismus
ü Mata eritematosus dengan nyeri persisten.
(Abraham M. Rudolph, dkk : 2311).
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila diberikan kemoterapi (Ilyas dkk, 2002).
ü Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1.
Enukleasi mengangkat bola mata dan diganti dengan bola mata
prothese (buatan).
2.
Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif,
sehingga terapi ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak
akibat penyinaran.
3.
Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat
efektip pada ukuran Kanker yang kecil.
4.
Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada
kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5.
Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat
mengecilkan ukuran kanker.
Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari
:
1.
Ukuran kanker
2.
Lokasi kanker
3.
Apakah sudah menjalar atau belum
4.
Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5.
Adanya komplikasi
6.
Riwayat keluarga
7.
Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.
ü
Pembedahan:
- Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang mungkin.
- Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
- Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel tumor.
(Donna L. Wong, dkk : 735)
Apabila diagnosis RB
meragukan, kadang-kadang dilakukan biopsi jarum halus terhadap tumor. Apabila
dipertimbangkan metastasis, perlu diberlakukan pemindaian CT atau MRI,
radiografi toraks, pemindaian tulang, pemeriksaan cairan spinal untuk sel
tumor. (Rudolp, Abraham M., dkk : 2311)
Komplikasi
Komplikasi dari penyakit
retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
2. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
2. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
thanks bro,,, kren flipcartnya cman kurang banyak,, kok cuman 1.??
BalasHapus