Asuhan Keperawatan Neuroma Akustik


A. PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Neuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas vestibular adalah tumor ganas non-saraf kranial dari 8. Umumnya mereka muncul dari sel-sel yang meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior (Komatsuzaki dan Tsunoda, 2001; Krais, 2007). Mereka juga dapat terjadi dalam labirin (Neff dkk, 2003). Akustik terdiri dari sekitar 6 % dari seluruh tumor intrakranial, sekitar 30% dari tumor otak, dan sekitar 85% dari tumor di daerah sudut cerebellopontine, dan 10% adalah meningioma. Hanya sekitar 10 tumor yang baru didiagnosa setiap tahun per juta orang (Evans et al, 2005), sesuai dengan antara tahun 2000 dan 3000 kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat.
Cara lain untuk melihat hal ini adalah bahwa orang rata-rata memiliki risiko sekitar 1 / 1000 dari mengembangkan neuroma akustik dalam hidup mereka (Evans et al, 2005). Di Denmark, kejadian tahunan diperkirakan 7,8 pasien yang dioperasikan / tahun (Tos et al, 1992). Sebagai teknologi telah membaik, tumor lebih kecil telah didiagnosa, menghasilkan perkiraan yang sama sekitar 10 tumor / tahun juta. Pada pasien dengan asimetri pendengaran, diyakini bahwa hanya sekitar 1 dari 1000 memiliki neuroma akustik (sumber: NIH), meskipun beberapa laporan prevalensi setinggi 2,5% (Baker et al 2003.).
Prevalensi yang lebih tinggi tidak sesuai dengan pengalaman klinis kami dalam praktik kami di Chicago, akal sehat, atau temuan orang lain. KL et al (1992) mengamati bahwa dalam populasi Denmark acak dari 40-60 tahun orang tua, gangguan pendengaran asimetris terjadi pada 8%. Matematika sederhana akan menunjukkan bahwa jika 8% dari kelompok ini telah mendengar asimetris, akan ada 80.000 orang tersebut antara satu juta orang. Dengan asumsi bahwa semua tumor mengakibatkan pendengaran asimetris, maka rasio akan 10/80, 000 - sekitar 1 / 10, 000.
1.2 Rumusan masalah
a.       Apa definisi dari Neuroma Akustik?
b.      Apa etiologi Neuroma Akustik?
c.       Bagaimana patofisiologi dari Neuroma Akustik?.
d.      Apa manifestasi klinik pada Neuroma Akustik?
e.       Apa komplikasi yang muncul pada Neuroma Akustik?
f.      Bagaimana asuhan keperawatan pada Neuroma Akustik.
 
1.3     Tujuan
 Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Sistem Persepsi Sensori yang berupa makalah tentang Neuroma Akustik.
Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui definisi dari Neuroma Akustik.
b.      Untuk mengetahui etiologi Neuroma Akustik.
c.       Untuk mengetahui patofisiologi dari Neuroma Akustik.
d.      Untuk mengetahui manifestasi klinik pada Neuroma Akustik.
e.       Untuk mengetahui komplikasi yang muncul pada Neuroma Akustik
f.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Neuroma Akustik.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
           
 
 
 
BAB II
TINJAUAN TEORI
 
2.1  DEFINISI
            Neuroma akustik adalah tumor jinak tumbuh lambat pada saraf cranial VIII, biasanya tumbuh dari sel schwan pada bagian ventribuler saraf ini. ( Brunner & Suddart dkk, 2002, hal : 2060 ).
            Neuroma askutik dikenal sebagai schwannomas vestibular adalah tumor ganas non saraf cranial dari delapan. Umumnya mereka berasal dari sel-sel yang meliputi ( Schwan cell ) dari saraf vestibular inferior. ( komatsuzaki & tsunoda, 2001 ).
            Neuroma akustik adalah tumor jinak yang tumbuh dari selubung saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons, sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga dalam. ( problemo.blogspot.com).
 
2.2     ETIOLOGI
Etiologi neuroma akustiik adalah :
1.      Idiopatik
Neuroma Akustik dapat terjadi secara idiopatik (artinya masih belum di ketahui secara pasti penyebabnya).
2.      Neurofibromatosis (NF2)
Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak adanya kedua gen supresor tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki sepasang gen NF2 di setiap sel tubuh mereka termasuk sel saraf mereka. Satu NF2 gen diwariskan dari sel telur ibu dan NF2 satu gen diwariskan dari sel sperma dari ayah. NF2 gen bertanggung jawab untuk membantu mencegah pembentukan tumor pada sel saraf. Khususnya gen NF2 membantu mencegah neuromas akustik. Hanya satu gen berubah dan berfungsi NF2 adalah diperlukan untuk mencegah pembentukan neuroma akustik. Jika kedua gen NF2 menjadi berubah atau hilang di salah satu sarung mielin sel saraf vestibular kemudian sebuah Neuroma akustik biasanya akan berkembang.
 
2.3    PATOFISIOLOGI
Sebagian besar neuromas akustik berkembang dari investasi sel Schwann dari bagian vestibular dari saraf vestibulocochlear. Kurang dari 5% timbul dari saraf koklea. Saraf superior dan inferior vestibular tampaknya saraf asal dengan sekitar frekuensi yang sama. Pola pertumbuhan yang terpisah dapat dibedakan dalam tumor akustik yaitu
1.      Tidak ada pertumbuhan atau sangat lambat pertumbuhan,
2.      Pertumbuhan yang lambat (yaitu 0,2 cm / y pada studi imaging)
3.      Pertumbuhan cepat ( yaitu ≥ 1,0 cm / y pada studi imaging).
Meskipun beberapa tumor mentaati satu atau dari pola-pola pertumbuhan, yang lain tampaknya alternatif antara periode pertumbuhan tidak ada atau lambat dan pertumbuhan yang cepat. Tumor yang telah mengalami degenerasi kistik (mungkin karena mereka telah melampaui suplai darah mereka) kadang-kadang mampu ekspansi relatif cepat karena pembesaran komponen kistik mereka. Karena tumor akustik timbul dari sel Schwann investasi, pertumbuhan tumor umumnya kompres serat vestibular di permukaan.
Penghancuran serat vestibular lambat, akibatnya, banyak pasien mengalami ketidakseimbangan sedikit atau tidak atau vertigo. Setelah tumor telah berkembang cukup besar untuk mengisi kanal auditori internal, hal itu mungkin melanjutkan pertumbuhan tulang baik dengan memperluas atau dengan memperluas ke sudut cerebellopontine. Pertumbuhan dalam sudut cerebellopontine umumnya bulat.
Tumor akustik seperti lesi menempati ruang-lain, menghasilkan gejala dengan salah satu dari 4 mekanisme dikenali kompresi atau distorsi dari ruang cairan tulang belakang, perpindahan dari batang otak, kompresi dapat mengakibatkan  iskemia atau infark, atau kompresi dan/atau atenuasi saraf. Karena sudut cerebellopontine relatif kosong, tumor dapat terus tumbuh sampai mereka mencapai 3-4 cm sebelum mereka menghubungi struktur penting.
Pertumbuhan seringkali cukup lambat bahwa saraf wajah dapat menampung ke peregangan dikenakan oleh pertumbuhan tumor tanpa kerusakan klinis jelas fungsi. Tumor yang timbul dalam pendengaran kanal internal dapat menghasilkan gejala-gejala yang relatif awal dalam bentuk gangguan pendengaran atau gangguan vestibular dengan menekan saraf koklea, saraf vestibular, atau arteri labirin tulang dinding saluran pendengaran internal.
Sebagai tumor pendekatan 2,0 cm diameter, ia mulai untuk kompres permukaan lateral batang otak. pertumbuhan lebih lanjut dapat terjadi hanya dengan penekanan atau menggusur batang otak ke sisi kontralateral. Tumor yang lebih besar dari 4 cm sering memperpanjang cukup jauh anterior untuk menekan saraf trigeminal dan menghasilkan hipestesia wajah. Sebagai tumor terus tumbuh di luar 4 cm, penghapusan progresif dari saluran air otak dan ventrikel keempat terjadi dengan perkembangan akhir hidrosefalus.
 
2.4     MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala neuroma akustik termasuk yang pertama dalam 90% dari mereka dengan tumor adalah :
1)      Gangguan pendengaran pada satu telinga, sering disertai dengan dering di telinga atau tinnitus. Hilangnya pendengaran biasanya halus dan memburuk secara perlahan, meskipun kadang-kadang tiba-tiba kehilangan pendengaran dicatat tuli.
2)      Hilangnya keseimbangan dan kegoyangan.
3)      Vertigo berhubungan dengan mual dan muntah, dan tekanan di telinga, yang semuanya dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi saraf vestibulocochlear. Selain itu lebih dari 80% pasien telah melaporkan tinnitus (paling sering sepihak dering bernada tinggi, kadang kadang mesin seperti mengaum atau mendesis suara, seperti ketel uap).
4)      Karena bagian keseimbangan dari saraf kedelapan adalah tempat tumor muncul tumors besar yang memampatkan berdekatan batang otak dapat mempengaruhi lokal saraf kranial lainnya Paradoksnya, saraf kranial ke 7 jarang terlibat pra-bedah, keterlibatan dari saraf trigeminal (CN V) dapat menyebabkan hilangnya sensasi di terlibat sisi wajah dan mulut Kompresi saraf kranial ketujuh dapat menyebabkan kejang, kelemahan atau kelumpuhan otot-otot wajah. Double visi adalah langka gejala tetapi dapat terjadi ketika saraf kranial 6 dipengaruhi. Saraf Glossopharyngeal dan saraf vagus yang jarang terlibat, tetapi keterlibatan mereka dapat mengakibatkan muntah atau menelan dan / atau kesulitan berbicara diubah refleks. Tumor yang lebih besar dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial , Tumor terkait meningkatkan tekanan intracranial dapat menyebabkan sakit kepala, kiprah kikuk dan kebingungan mental. Ini bisa menjadi komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan mendesak.
 
2.5.     KOMPLIKASI
1.    Paralis nervus facialis.
Kelumpuhan saraf facialis terjadi karena adanya penekanan pada nervus VII oleh tumor yang semakin membesar.
2.    Kebocoran cairan cerebrospinal.
Tumor tumbuh besar dan menekan otak kecil sehingga menyebabkan hidrocepalus obstruktif.
3.    Nyeri wajah dan kesulitan menelan.
Karena tumor tumbuh terus menerus hingga berukuran sekitar 4 cm, maka akan menekan saraf trigeminus dan menekan saraf cranial IX, X, XII, sehingga nyeri wajah dan kesulitan menelan.
( Brunner & Suddart, 2002 : 2065 )
2.6  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.   Klinis
Secara klinis diagnosis dimulai dari anamnesa rentang riwayat dan perjalanan penyakit penderita serta pemeriksaan fungsi nervus kranialis mulai nervus kranialis I sampai XII.
2.   Otologis
Meliputi tes fungsi pendengaran yaitu :
Speech discrimination testing, Brainstem Auditory Sensory Evoked Responses ( BAERs) acustic reflex threshold testing. Dengan pemeriksaan BAERs akan didapatkan sensivitas 94%, False positive rate 8% dan false negative rate sekitar 4% jika dibandingkan pemeriksaan CT-Scan sebagai golden standart.
3.   Radiologi
a.       Foto Polos
Pada pemeriksaan tomografi ini daerah meatus akuticus interna mungkin tampak gambaran erosi dan dilatasi pada daerah yang dicurigai, namun pemeriksaan foto polos sudah jarang digunakan lagi dan tergantikan dengan pemeriksaan yang lain seperti MRI.
b.      CT Scan
Dengan pemeriksaan CT Scan bambarab tumor dan struktur sekitarnya lebih jelas terlihat, CT Scan mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk melihat struktur tulang.
c.       MRI
Saat ini MRI merupakan standart diagnosis untuk tumor didaerah fossa posterior dan cerebellopontine angle,, apalagi adanya functional MRI, MRI Spectroscopy yang dapat membedakan berbagai kelainan space occupying process.
Berdasarkan pemeriksaan radiologist ( CT Scan atau MRI ) membagi neuroma akustik menjadi 4 grade :
 
Grade
Ukuran tumor
1
0-10 mm, intracanalicular
2
10-20 mm total, 0-10 mm ekstrameatal
3
Up to 30 mm total
4
>30 mm, brain stem deformation
 
2.7.  PENATALAKSANAAN
Pertimbangan untuk dilakukan tindakan operatif tergantung dengan keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh bagi penderita. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan tumor yang lambat, akan tetapi karena menempati lokasi yang cukup rumit dan sangat vital, yakni dekat dengan batang otak.
1.    Konservatif Observasinal
Beberapa indikasi yang digunakan oleh peneliti untuk penderita neuroma akustik yang akan dilakukan konsevatif observasinal.
a.    Penderita berusia tua
b.    Ukuran tumor kecil
c.    Menolak untuk terapi
d.   adanya resiko operasi
Sedangkan berbgai hal yang harus dilakukan selama penanganan konservatif adalah :
a.     Fungsi kedua pendengaran
b.    Resiko hilangnya fungsi pendengaran setelah pembedahan
c.     terjadinya lesi nervus fasialis
d.    Harapa hidup penderita
e.     Kecepatan tumbuh tumor
f.     Histologi tumor apakah NF1 atau NF2.
2.    Pembedahan
Ada 3 teknik yang dapat digunakan untuk penanganan neuroma akustik dengan cara pembedahan yaitu melalui :
a.      Retrosigmoid
                   Teknik retrosigmoid dilakukan dengan posisi penderita miring total dengan kepala sedikit menoleh ke arah berlawanan dari likasi tumor. Insisi kulit terletak di belakang telinga yakni 1/3 bagian lateral dari garis yang ditarik antara protuberantia eksterna dan meatus akustikus eksternus, insisi kulit berbentuk huruf S dengan panjang sekitar 6 cm, 2/3 terletak di bawah sinus sigmoid dan 1/3 terletak di atas sinus sigmoid. Dilakukan kraniotomi suboccipital, selulae dittutup dengan wax untuk mencegah terjadinya kebocoran cairan serebrospinal.
Untuk mendapatkan jaringan otak yang tidak tegang harus diperhatikan, beberapa hal berikut ini
1.    Pemberian kortikosteroid 1 hari sebelum operasi.
2.    Saat dilakukan insisi kulit diberikan manitol 20% dengan dosisi 0,5 gram/kgBB.
3.    Hiperventilasi.
                       Setelah durameter dibuka maka yang pertama kali dilakukan mencari sisterna magna dan dibuka, kemudian cairan serebrospinalis dikuras. Retraksi serebrum harus dilakukan secara gentle supaya tidak merusak, setelah tampak tumor langkah berikutnya adalah debulking, dimulai dari sisi lateral tumor ke medial dan anterior sampai terlihat porus akustikus internus dan dibuka untuk eksisi tumor yang terletak di dalam kanalis auditory interna. Langkah berikutnya adalah mengambil sisa tumor yang menempel pada nervus kranialis VII dan menekan batang otak, biasanya langkah ini paling sulit terutama jika nervus fasialis sudah terbungkus oleh tumor. Durameter ditutup kedap air, otot kulit dijahit lapis demi lapis. Unutk mencegah terjadinya lesi nervus fasialis sebaiknya dipasang monitor.Ahli bedah saraf kebanyakan menggunakan teknik retrosigmoid kalaupun menggunakan translabirinthine maka akan dilakukan operasi bersama sejawat ahli THT.
Keuntungan teknik retrosigmoid :
1.    Dapat digunakan untuk berbagai tumor akustikus atau berbagai jenis tumor di daerah cerebellopontine angle.
2.    Daerah fossa posterior dapat terlihat lebih jelas dibandingkan 2 teknik yang lain.
3.    Teknik dapat digunakan untuk fungsi pendengaran yang masih baik ataupun pada penderita yang sudah mengalami ketulian.
4.    Tidak merusak struktur labirin.
Kerugian teknik retrisigmoid :
1.    Teknik ini hanya dapat digunakan untuk tumor kecil yang terletak 1/3 medial dari kanalis auditorius interna sedangkan untuk tumor yang terletak di kanalis auditorius interna 1/3 tengah sampai 1/3 lateral akan mengalami kesulitan dan sebaiknya digunakan teknik yang lain terutama translabyrinthine.
2.    Teknik ini tidak dapat melihat struktur di daerah inferior dari cerebellopontine angle dan bagian posterior dari tulang temporalis sampai porus akustikus.
3.    Terjadi penekanan dan retraksi pada serebelum yang pada akhirnya akan menyebabkan edema, hematom atau infark serebelum.
4.    Terjadinya kebocoran cairan serebrospinal lebih sering terjadi oleh karena pada teknik ini harus membuka cysterna magna.
b.    Translabirinthine
Beberapa keuntungan teknik translabyrinthine :
1.    Teknik ini memberikan ruang yang lebar untuk operasi tumor yang terletak yang menekan bagian lateral batang otak.
2.    Tidak diperlukan retraksi serebelum.
3.    Kanalis auditori interna tampak terlihat dengan baik demikian juga nervus fasialis akan terlihat dengan jelas sehingga lesi fasialis dapat dihindari dan jika harus dikorbankan nervus fasialis dapat disambung kembali baik anastomose langsung maupun menggunakan grafi.
4.    Kejadian kebocoran cairan serebrospinal lebih kecil dibandingkan transigmoid dan subtemporal ( middle fossa approach ).
Beberapa kerugian teknik translabyrinthine :
1.    Preservasi fungsi pendengaran sangat tidak mungkin bisa dilakukan.
2.    Diperlukan penutup / graft untuk menutup luka sehingga menimbulkan luka di tempat lain ( biasanya graft lemak diambil dari dinding abdomen ).
3.    Sinus sigmoid lebih sering mengalami cidera dan jika terjadi perdarahan akan lebih sulit dikendalikan. Oleh karena lapangan operasi yang sempit.
  c. Subtemporal ( middle fossa approach )
Setiap teknik mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing
.Keuntungan teknik subtemporal :
1.    Merupakan satu-satunya teknik untuk mencapai canalis auditoris interna tanpa merusak fungsi pendengaran.
2.    Tidak membuka durameter.
Kerugian teknik subtemporal :
1.    Nervus fasialis biasanya melewati permukaan atas tumor, sehingga akan mudah terjadinya lesi nervus fasialis.
2.    Resiko terjadinya robekan durameter terutama pada penderita tua dimana durameter sangat melekat pada tulang temporalis.
3.    Ekposure fossa posterior lebih sempit sehingga hanya didindikasikan untuk tumor diameter kecil.
3.    Radiasi
Radiasi yang paling baik adalah dengan bantuan pemasangan frame strereotaksis sedangkan alat yang digunakan bermacam yakni Gamma khife, Cyber knife, Brain lab, yang akan memancarkan beberapa sumber radiasi dosis rendah menuju target sehingga pada target tersebut menerima dosis radiasi yang besar. Efek pada sel akan menyebabkan DNA terpecah dan sel menjadi mati, sel neuroma bersifat radioresisten dengan radiasi dosis rendah akan tetapi sel tumor akan mati jika mendpat dosis tinggi.
Keuntungan stereotaksis radioterapi :
a.     Penurunan masa tinggal di rumah sakit sehingga menurunkan seluruh biaya.
b.    Cepat kembali seperti sedia kala.
c.     Angka morbiditas dan mortalitaas yang jauh lebih rendah disbanding operasi.
Kerugian stereotaksis radioterapi :
a.     Diperlukan control pemeriksaan CT Scan atau MRI secara rutin, sehingga jika dihitung seluruh biayanya diperkirakan lebih mahal dari pada biaya operasi.
b.    Tidak menghilangkan tumor dengan segera.
c.     Resiko terjadinya lesi nervus kranialis V lebih tinggi.
d.    Belun diketahui resiko terjadinya perubahan tumor menjadi ganas sebagai efek samping radiasi, diperkirakan angka kejadiannya 1 : 1000 setelah 30 tahun.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
 
3.1    PENGKAJIAN
1.      Identitas
·         Nama
·         Jenis kelamin
·         Umur
2.      Keluhan utama :fungsi pendengaran klien menurun, mual dan muntah, pusing yang berlebih.
3.      Riwayat peyakit dahulu : pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
4.      Riwayat keluarga 
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien. Hal ini sangat di butuhkan karena pada Neuroma Akustik yang beretiologi pada herediter atau keturunan.
5.      Pengkajian fisik.
a.       Inspeksi : pada telinga terlihat adanya benjolan/pertumbuhan abnormal.
b.      Palpasi : terasa nyeri ketika di palpasi area telinga bagian tengah .
6.      Pola-pola fungsi kesehatan
a)      Pola tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat mengenai gaya hidup klien yang tidak sehat.
b)      Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan untuk makan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c)      Pola eliminasi
Klien dengan Neuroma Akustik pola defekasinya lancar, peristaltic usus normal, tidak terjadi inkontinensia urine.
d)     Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena vertigo yang di alami klien. kelemahan.
e)      Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada pola tidur dan istirahat klien.
f)       Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan pendengaran.
g)       Pola persepsi dan konsep diri
Pola pendengaran klien berkurang serta daya pemahaman terhadap sesuatu tidak efektif. Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h)      Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien tidak mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan pada muka dan ekstremitas normal.
i)         Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual
j)         Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k)      Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan, vertigo. (Doenges, 2000).
3.2PEMERIKSAAN PENUNJANG :
a. Biasanya dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI adalah evaluasi yang sangat akurat yang mampu mendeteksi hampir 100% dari neuroma akustik.
b. Computerized Tomografhi Scanning (CT scan), tidak dapat mengidentifikasi tumor yang lebih kecil, tetapi ia dapat digunakan ketika neuroma akustik dicurigai dan evaluasi MRI tidak dapat dilakukan.
3.3.  ANALISA DATA
 
Nama klien:                 No. register     :
Umur   :                       Dx. Medis       : Neuroma Akustik
Ruang  :                       Alamat                        :
 
Tanggal / Jam
Data Fokus
Problem
Etiologi
DS :   DS; px  mengatakan kepalanya pusing dan muter-muter serta nyeri terasa cekot-cekot pada kepala dan telinga kanan.
DO :  DO: Saat dilakukan pemeriksaan oleh Dokter, didapatkan benjolan  pada telinga kanan bagian dalam ± 4 cm. TD : 170 / 140 mmHg
Nyeri
Peningkatan  tekanan intra kranial
DS :   DS:mengeluh pusing saat bangun tidur.
DO:   DO:TD : 170/140 mmHg
Gangguan perfusi jaringan
Hipertensi
DS :   DS:px mengeluh tidak bisa mendengar apapun. Sudah 3 bulan yang lalu telinga sebelah kanan terasa ada benjolan dan pendengaran berkurang serta telingan sebelah kanan terasa berdenging
.ddd   DO:-
D
Perubahan persepsi-sensori
Gangguan pendengaran
DS :   DS:Keluarga px mengatakan sudah 3 hari terakhir ini Tn. A jarang beraktivitas karena mengeluh pusing saat bangun dari tidur.
DO: -
Intoleransi aktivitas
Nyeri
DS:    DS: px juga merasakan mual-mual sehingga sudah 3 hari porsi makannya berkurang.
DO: -
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intake inadekuat
DS :   DS:px mengatakan kepalanya pusing dan muter-muter.
DO: -DO:-
Resiko cedera
Gangguan keseimbangan
DS:    DS:Px merasa khawatir karena px tidak pernah menyangka penyakitnya separah itu. Dokter menyarankan kepada px untuk dilakukan pemeriksaan Rongent dan CT-Scan untuk memastikan penyakit px dan menjelaskan kemungkinan untuk pembedahan.
DO: -
Ansietas
Tindakan pembedahan
DS:    px tidak pernah menyangka penyakitnya separah  itu dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang sedang diderita.
DO: -
Kurang pengetahuan
Kurang informasi
 
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi (potensial) di mana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
1.    Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.
2.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi.
3.    Perubahan persepsi - sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran.
4.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
5.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
6.    Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan.
7.    Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
8.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.


 

3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama klien:       No. register:

Umur   :              Dx. Medis:Neuroma Akustik

Ruang  :              Alamat:

 

Jam / Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Ttd
Intervensi
Rasional
11. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.
·         Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka nyeri akan hilang/berkurang, dengan kriteria hasil:
·         melaporkan nyeri berkurang / terkontrol.
·          menunjukkan / menggunakan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
1.Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya ( misal : berat, berdenyut, konstan ), lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
2.    Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul.
 
3. 2.Ajarkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang.
 
4. 3. Berikan  kompres dingin pada kepala.
 
5. 4.Berikan obat sesuai dengan indikasi ( analgesic seperti asetaminofen, ponstan, dan sebagainya ).
1   1.Nyeri merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang tepat.
 
2  2. Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan.
 
3  3.Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi sakit kepala.
4.  Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
5.  Penanganan pertama dari sakit kepala secara umum hanya kadang-kadang bermanfaat pada sakit kepala karena gangguan vascular.
2.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
·         Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka terjadi peningkatan aktivitas, dengan kriteria hasil :
·         Mendemonstrasikan terjadi peningkatan toleransi aktivitas.
1.      1. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil / frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
2.       
2.  2.Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
 
3.   4.Pantau frekwensi / irama jantung, TD dan frekendi pernapasan sebelum / sesudah aktivitas dan selama diperlukan.
s
4.  5.Rencanakan perawatan dengan periode istirahat / tidur tanpa gangguan.
5.    Berikan obat sesuai indikasi, contoh : asetaminofen.
1.     1.Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktivitas individual.
 
3.      2.Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
4.       
3.    3. Penurunan TD, takikardi, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadapa aktivitas.
 
4.    4.Meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional.
 
5.     5.Biasanya diberikan untuk control nyeri adekuat dan memperbaiki kenyamanan pasien dan meningkatkan penyembuhan.
33. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
·         Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka nafsu makan meningkat, dengan kriteria hasil :
·         Mual hilang
·         Nafsu makan meningkat
·         BB normal
·         Tidak terjadi malnutrisi
1.   1. Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
 
2.   2. Berikan makan sedikit tapi dengan pemberian yang sering.
3.   3. Izinkan pada pasien untuk memilih menu harian sendiri.
4.    4.Berikan menu yang lebih bervariasi pada pasien.
 
 
5.    5.Rujuk pada ahli gizi.
1.    1.  Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.
2.Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan dan kerja psikologis.
 
2.    3.Lebih efektif karena meningkatkan kerja dari gaster.
 
3.    4.  Meningkatkan stimulasi untuk melakukan intake makanan yang lebih adekuat.
 
4.     5. Dengan menu yang bervariasi akan merangsang intake makanan pasien sehingga meningkatkan asupan gizi dalam tubuh.
5.      Untuk memberikan asupan nutrisi yang lebih tepat.
44.. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
·         Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka ansietas akan berkurang, dengan kriteria hasil :
·         Tampak rileks
·         Melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
1.      1.Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau non verbal.
2.       
3.      2.Berikan penjelasan tentang hubungan antara penyakit dan gejalanya.
4.       
3.    3.Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognose penyakit.
 
4.   4. Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur pembedahan  sebelum dilakukan.
5.   5, Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
1.    1. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individual
 
2.     2.Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapt membantu menurunkan ansietas.
 
3.     3.Penting untuk menciptakan kepercayaan karena penyakit yang diderita mungkin menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga keluarga.
 
4.     4.Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan melibatkan otak.
 
5.     5.Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
 
55.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
·         Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka pasien akan tahu tentang penyakitnya, dengan kriteria hasil :
·         Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / proses penyakit dan pengobatan.
·         Berpartisipasi dalam proses belajar.
1.      1.  Evaluasi kemampuan dan kesiapan untuk belajar dari pasien juga keluarganya.
2.       
3.      2.Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien di rumah
4.      .
3.   3. Berikan lingkungan    terbuka untuk berdikusi.
 
 4  4..Gunakan keterampilan komunikasi yang terapeutik, memberikan perhatian.
 
4.    5.Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana.
 
5.   6. Kaji kembali pemberian obat / pengobatan. Anjurkan untuk menghindari pemakaian obat-obat bebas tanpa persetujuan dari dokter.
1.      1.Memungkinkan untuk penyampaian bahan yang didasarkan atas kebutuhan secara individual. Catatan : pasien mungkin tidak mampu menerima informasi baik secara emosi maupun secar mental.
2.      2.Dapat memudahkan beban terhadap penanganan penyakit.
 
 
 
3.      3.Memberikan kesempatan bagi pasien untuk mendiskusikan keingintahuannya.
 
 
 
 
4.      4.Informasi akan lebih dimengerti pasien dan menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima / memproses dan mengingat / menyimpan informasi yang diberikan.
5.      Meningkatkan keamanan pasien dan meningkatkan sifat kooperatif pasien terhadap pengobatan.

 

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN

Nama klien      :           No. register    

Umur   :                       Dx. Medis       : Neuroma Akustik

Ruang  :                       Alamat                        :

Jam/tanggal
Diagnose keperawatan
Evaluasi(S,O,A,P)
 
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
S:Pasien melaporkan nyeri terkontrol.
Menunjukkan/menggunakan perilaku untuk O:mengurangi kekambuhan, ekspresi wajah rileks.
A:   A:Masalah sudah teratasi.
P :  P:Lanjutkan intervensi
 
 
.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
en   S:Pasian mendemonstrasikan terjadi peningkatan toleransi aktivitas.
O : O:Pasien melakukan berbagai aktivitas.
A:  AMasalah sudah teratasi.
P :  Lanjutkan intervensi
 
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
iP   S:Pasienmengatakan mual hilang, nafsu makan meningkat.
O:  O: Berat badan normal, tidak terjadi malnutrisi.
A:  A:Masalah sudah teratasi.
P :  Lanjutkan Intervensi
 
Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
S:pasien melaporkan ansietas berkurang.
O:Pasien tampak rileks.
A:Masalah sudah teratasi.
P :  Lanjutkan intervensi.
 
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
S:Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / proses penyakit dan pengobatan.
O:Pasien berpartisipasi dalam proses belajar.
A:Masalah sudah teratasi.
P;Hentikan intervensi.
 
 
 
 


BAB IV

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus, menyebabkan gangguan pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan. Juga dikenal sebagai schwannoma vestibular, neuroma akustik mnerupakan penyebab umum gangguan pendengaran. Penyebabnya 2 gen Neurofibromatosis (NF2)yang diturunkan oleh ayah dan ibu. Tanda gejala gangguan pendengaran, (tinnitus) di telinga yang terkena, kegoyangan, kehilangan keseimbangan, Pusing (vertigo), wajah mati rasa dan kelemahan.

Penatalaksanaannya dilakukan :

1.      Operasi, dapat menghilangkan tumor/ pengangkatan tumor untuk memperlambat atau menghentikan pertumbuhannya.

2.      Terapi radiasi Stereotactic,

Terapi radiasi dilakukan dalam berbagai cara, tetapi terutama oleh empat metode gamma, radioterapi. Radiasi diberikan dalam dosis tunggal yang besar.

B.     SARAN

Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran pada satu telinga, biasanya bertahap dengan tanda gejala lainnya, dianjurkan sesegera di periksa guna mengetahui dan mencegah neuroma akustik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddrath.2002.Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3.EGC : Jakarta

Doengoes, Marlynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.

Pearce,evelyn.2006.anatomi&fisiologi paramedis.gramedia:jakarta

Arif Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Price ,Sylvia.A, dkk.2006. Patofisiologi.Jakarta : EGC
Gandiwor. 2010. Acoustic neuroma. http://galemedicine.com/2010/06/acoustic-neuroma.html di akses jam 11.00 wib tanggal 05 – 03 – 2013

. Acoustic neuroma association.v http://translate.googleusercontent.com/translate. di akses jam 11.05 wib tanggal 05 – 03 – 2013
Wikipedia.vhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F%2Fen.wika.org%2Fwiki%2FVestibular_schwannoma. di akses jam 11.10 wib tanggal 05– 03 – 2013
  Apriyansyah, aditya .2010. neuroma akustik. http://noo-probv lemo.com

 neuroma-akustik.html di akses jam 11.10 wib tanggal 05 – 03 – 2013

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ChorioCharsinoma

ISOLASI SOSIAL