Asuhan Keperawatan Neuroma Akustik
A.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas vestibular adalah tumor
ganas non-saraf kranial dari 8. Umumnya mereka muncul dari sel-sel yang
meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior (Komatsuzaki dan Tsunoda,
2001; Krais, 2007). Mereka juga dapat terjadi dalam labirin (Neff dkk, 2003).
Akustik terdiri dari sekitar 6 % dari seluruh tumor intrakranial,
sekitar 30% dari tumor otak, dan sekitar 85% dari tumor di daerah sudut
cerebellopontine, dan 10% adalah meningioma. Hanya sekitar
10 tumor yang baru didiagnosa setiap tahun per juta orang (Evans et al, 2005),
sesuai dengan antara tahun 2000 dan 3000 kasus baru setiap tahun di Amerika
Serikat.
Cara lain untuk melihat hal ini adalah bahwa orang rata-rata memiliki
risiko sekitar 1 / 1000 dari mengembangkan neuroma akustik dalam hidup mereka
(Evans et al, 2005). Di Denmark, kejadian tahunan diperkirakan 7,8 pasien yang
dioperasikan / tahun (Tos et al, 1992). Sebagai teknologi telah membaik, tumor
lebih kecil telah didiagnosa, menghasilkan perkiraan yang sama sekitar 10 tumor
/ tahun juta. Pada pasien dengan asimetri pendengaran, diyakini bahwa hanya
sekitar 1 dari 1000 memiliki neuroma akustik (sumber: NIH), meskipun beberapa
laporan prevalensi setinggi 2,5% (Baker et al 2003.).
Prevalensi yang lebih tinggi tidak sesuai dengan pengalaman klinis kami
dalam praktik kami di Chicago, akal sehat, atau temuan orang lain. KL et al
(1992) mengamati bahwa dalam populasi Denmark acak dari 40-60 tahun orang tua,
gangguan pendengaran asimetris terjadi pada 8%. Matematika sederhana akan menunjukkan
bahwa jika 8% dari kelompok ini telah mendengar asimetris, akan ada 80.000
orang tersebut antara satu juta orang. Dengan asumsi bahwa semua tumor
mengakibatkan pendengaran asimetris, maka rasio akan 10/80, 000 - sekitar 1 /
10, 000.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa definisi dari Neuroma Akustik?
b. Apa etiologi Neuroma Akustik?
c. Bagaimana patofisiologi dari Neuroma Akustik?.
d. Apa manifestasi klinik pada Neuroma Akustik?
e. Apa komplikasi yang muncul pada Neuroma Akustik?
f. Bagaimana
asuhan
keperawatan pada Neuroma Akustik.
1.3 Tujuan
Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Sistem Persepsi Sensori yang berupa makalah tentang Neuroma Akustik.
Untuk memenuhi tugas Sistem Persepsi Sensori yang berupa makalah tentang Neuroma Akustik.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari Neuroma Akustik.
b. Untuk mengetahui etiologi Neuroma Akustik.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari
Neuroma Akustik.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinik pada Neuroma Akustik.
e. Untuk mengetahui komplikasi yang muncul
pada Neuroma Akustik
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Neuroma Akustik.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1
DEFINISI
Neuroma akustik adalah tumor jinak
tumbuh lambat pada saraf cranial VIII, biasanya tumbuh dari sel schwan pada bagian
ventribuler saraf ini. ( Brunner & Suddart dkk, 2002, hal : 2060 ).
Neuroma askutik dikenal sebagai
schwannomas vestibular adalah tumor ganas non saraf cranial dari delapan.
Umumnya mereka berasal dari sel-sel yang meliputi ( Schwan cell ) dari saraf
vestibular inferior. ( komatsuzaki & tsunoda, 2001 ).
Neuroma akustik adalah tumor jinak
yang tumbuh dari selubung saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari
pons, sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam
liang telinga dalam. ( problemo.blogspot.com).
2.2 ETIOLOGI
Etiologi neuroma
akustiik adalah :
1. Idiopatik
Neuroma Akustik dapat terjadi secara idiopatik (artinya masih belum di
ketahui secara pasti penyebabnya).
2. Neurofibromatosis (NF2)
Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak adanya kedua
gen supresor tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki sepasang gen NF2 di
setiap sel tubuh mereka termasuk sel saraf mereka. Satu NF2 gen diwariskan dari
sel telur ibu dan NF2 satu gen diwariskan dari sel sperma dari ayah. NF2 gen
bertanggung jawab untuk membantu mencegah pembentukan tumor pada sel saraf.
Khususnya gen NF2 membantu mencegah neuromas akustik. Hanya satu gen berubah
dan berfungsi NF2 adalah diperlukan untuk mencegah pembentukan neuroma akustik.
Jika kedua gen NF2 menjadi berubah atau hilang di salah satu sarung mielin sel
saraf vestibular kemudian sebuah Neuroma akustik biasanya akan berkembang.
2.3 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar neuromas akustik berkembang dari investasi sel Schwann dari
bagian vestibular dari saraf vestibulocochlear. Kurang dari 5% timbul dari
saraf koklea. Saraf superior dan inferior vestibular tampaknya saraf asal
dengan sekitar frekuensi yang sama. Pola pertumbuhan yang terpisah dapat
dibedakan dalam tumor akustik yaitu
1. Tidak ada pertumbuhan atau sangat lambat pertumbuhan,
2. Pertumbuhan yang lambat (yaitu 0,2 cm / y pada studi imaging)
3. Pertumbuhan cepat ( yaitu ≥ 1,0 cm / y pada studi imaging).
Meskipun beberapa tumor mentaati satu atau dari pola-pola pertumbuhan, yang
lain tampaknya alternatif antara periode pertumbuhan tidak ada atau lambat dan
pertumbuhan yang cepat. Tumor yang telah mengalami degenerasi kistik (mungkin
karena mereka telah melampaui suplai darah mereka) kadang-kadang mampu ekspansi
relatif cepat karena pembesaran komponen kistik mereka. Karena tumor akustik
timbul dari sel Schwann investasi, pertumbuhan tumor umumnya kompres serat
vestibular di permukaan.
Penghancuran serat vestibular lambat, akibatnya, banyak pasien mengalami
ketidakseimbangan sedikit atau tidak atau vertigo. Setelah tumor telah
berkembang cukup besar untuk mengisi kanal auditori internal, hal itu mungkin
melanjutkan pertumbuhan tulang baik dengan memperluas atau dengan memperluas ke
sudut cerebellopontine. Pertumbuhan dalam sudut cerebellopontine umumnya bulat.
Tumor akustik seperti lesi menempati ruang-lain, menghasilkan gejala dengan
salah satu dari 4 mekanisme dikenali kompresi atau distorsi dari ruang cairan
tulang belakang, perpindahan dari batang otak, kompresi dapat mengakibatkan iskemia atau infark, atau kompresi dan/atau atenuasi saraf. Karena
sudut cerebellopontine relatif kosong, tumor dapat terus tumbuh sampai mereka
mencapai 3-4 cm sebelum mereka menghubungi struktur penting.
Pertumbuhan seringkali cukup lambat bahwa saraf wajah dapat menampung ke
peregangan dikenakan oleh pertumbuhan tumor tanpa kerusakan klinis jelas
fungsi. Tumor yang timbul dalam pendengaran kanal internal dapat menghasilkan gejala-gejala
yang relatif awal dalam bentuk gangguan pendengaran atau gangguan vestibular
dengan menekan saraf koklea, saraf vestibular, atau arteri labirin tulang
dinding saluran pendengaran internal.
Sebagai tumor pendekatan 2,0 cm diameter, ia mulai untuk kompres permukaan
lateral batang otak. pertumbuhan lebih lanjut dapat terjadi hanya dengan
penekanan atau menggusur batang otak ke sisi kontralateral. Tumor yang lebih
besar dari 4 cm sering memperpanjang cukup jauh anterior untuk menekan saraf
trigeminal dan menghasilkan hipestesia wajah. Sebagai tumor terus tumbuh di
luar 4 cm, penghapusan progresif dari saluran air otak dan ventrikel keempat
terjadi dengan perkembangan akhir hidrosefalus.
2.4 MANIFESTASI
KLINIK
Gejala-gejala neuroma akustik termasuk yang pertama dalam 90% dari mereka
dengan tumor adalah :
1) Gangguan pendengaran pada satu telinga,
sering disertai dengan dering di telinga atau tinnitus. Hilangnya pendengaran biasanya halus
dan memburuk secara perlahan, meskipun kadang-kadang tiba-tiba kehilangan
pendengaran dicatat tuli.
2) Hilangnya keseimbangan dan kegoyangan.
3) Vertigo berhubungan dengan mual dan
muntah, dan tekanan di telinga, yang semuanya dapat dikaitkan dengan gangguan
fungsi saraf vestibulocochlear. Selain itu lebih dari 80% pasien telah
melaporkan tinnitus (paling sering sepihak dering bernada tinggi, kadang kadang
mesin seperti mengaum atau mendesis suara, seperti ketel uap).
4) Karena bagian keseimbangan dari saraf
kedelapan adalah tempat tumor muncul tumors besar yang memampatkan berdekatan
batang otak dapat mempengaruhi lokal saraf kranial lainnya Paradoksnya, saraf kranial ke 7 jarang terlibat pra-bedah, keterlibatan dari saraf trigeminal (CN V)
dapat menyebabkan hilangnya sensasi di terlibat sisi wajah dan mulut Kompresi
saraf kranial ketujuh dapat menyebabkan kejang, kelemahan atau kelumpuhan
otot-otot wajah. Double visi adalah langka gejala tetapi dapat terjadi ketika
saraf kranial 6 dipengaruhi. Saraf Glossopharyngeal dan saraf vagus yang
jarang terlibat, tetapi keterlibatan mereka dapat mengakibatkan muntah atau
menelan dan / atau kesulitan berbicara diubah refleks. Tumor yang lebih besar
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial , Tumor terkait meningkatkan
tekanan intracranial dapat menyebabkan sakit kepala, kiprah kikuk dan
kebingungan mental. Ini bisa menjadi komplikasi yang mengancam jiwa yang
memerlukan perawatan mendesak.
2.5. KOMPLIKASI
1. Paralis nervus facialis.
Kelumpuhan
saraf facialis terjadi karena adanya penekanan pada nervus VII oleh tumor yang
semakin membesar.
2. Kebocoran cairan cerebrospinal.
Tumor
tumbuh besar dan menekan otak kecil sehingga menyebabkan hidrocepalus
obstruktif.
3. Nyeri wajah dan kesulitan menelan.
Karena
tumor tumbuh terus menerus hingga berukuran sekitar 4 cm, maka akan menekan
saraf trigeminus dan menekan saraf cranial IX, X, XII, sehingga nyeri wajah dan
kesulitan menelan.
( Brunner & Suddart, 2002 : 2065 )
2.6 PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Klinis
Secara klinis diagnosis dimulai dari anamnesa rentang
riwayat dan perjalanan penyakit penderita serta pemeriksaan fungsi nervus
kranialis mulai nervus kranialis I sampai XII.
2. Otologis
Meliputi
tes fungsi pendengaran yaitu :
Speech discrimination testing, Brainstem Auditory Sensory
Evoked Responses ( BAERs) acustic reflex threshold testing. Dengan pemeriksaan
BAERs akan didapatkan sensivitas 94%, False positive rate 8% dan false negative
rate sekitar 4% jika dibandingkan pemeriksaan CT-Scan sebagai golden standart.
3. Radiologi
a.
Foto Polos
Pada
pemeriksaan tomografi ini daerah meatus akuticus interna mungkin tampak
gambaran erosi dan dilatasi pada daerah yang dicurigai, namun pemeriksaan foto
polos sudah jarang digunakan lagi dan tergantikan dengan pemeriksaan yang lain
seperti MRI.
b. CT Scan
Dengan
pemeriksaan CT Scan bambarab tumor dan struktur sekitarnya lebih jelas
terlihat, CT Scan mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk melihat struktur
tulang.
c.
MRI
Saat
ini MRI merupakan standart diagnosis untuk tumor didaerah fossa posterior dan
cerebellopontine angle,, apalagi adanya functional MRI, MRI Spectroscopy yang
dapat membedakan berbagai kelainan space occupying process.
Berdasarkan
pemeriksaan radiologist ( CT Scan atau MRI ) membagi neuroma akustik menjadi 4
grade :
Grade
|
Ukuran tumor
|
1
|
0-10 mm, intracanalicular
|
2
|
10-20 mm total, 0-10 mm ekstrameatal
|
3
|
Up to 30 mm total
|
4
|
>30 mm, brain stem deformation
|
2.7. PENATALAKSANAAN
Pertimbangan untuk dilakukan tindakan operatif tergantung
dengan keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh bagi penderita. Hal ini
berhubungan dengan pertumbuhan tumor yang lambat, akan tetapi karena menempati
lokasi yang cukup rumit dan sangat vital, yakni dekat dengan batang otak.
1. Konservatif
Observasinal
Beberapa indikasi yang digunakan oleh peneliti untuk
penderita neuroma akustik yang akan dilakukan konsevatif observasinal.
a. Penderita berusia tua
b. Ukuran tumor kecil
c. Menolak untuk terapi
d. adanya resiko operasi
Sedangkan berbgai hal yang harus dilakukan selama penanganan
konservatif adalah :
a. Fungsi kedua pendengaran
b. Resiko hilangnya fungsi pendengaran setelah pembedahan
c. terjadinya lesi nervus fasialis
d. Harapa hidup penderita
e. Kecepatan tumbuh tumor
f. Histologi tumor apakah NF1 atau NF2.
2. Pembedahan
Ada 3 teknik yang dapat digunakan untuk penanganan neuroma
akustik dengan cara pembedahan yaitu melalui :
a.
Retrosigmoid
Teknik retrosigmoid dilakukan
dengan posisi penderita miring total dengan kepala sedikit menoleh ke arah
berlawanan dari likasi tumor. Insisi kulit terletak di belakang telinga yakni
1/3 bagian lateral dari garis yang ditarik antara protuberantia eksterna dan
meatus akustikus eksternus, insisi kulit berbentuk huruf S dengan panjang
sekitar 6 cm, 2/3 terletak di bawah sinus sigmoid dan 1/3 terletak di atas
sinus sigmoid. Dilakukan kraniotomi suboccipital, selulae dittutup dengan wax
untuk mencegah terjadinya kebocoran cairan serebrospinal.
Untuk
mendapatkan jaringan otak yang tidak tegang harus diperhatikan, beberapa hal
berikut ini
1. Pemberian
kortikosteroid 1 hari sebelum operasi.
2. Saat
dilakukan insisi kulit diberikan manitol 20% dengan dosisi 0,5 gram/kgBB.
3. Hiperventilasi.
Setelah durameter dibuka
maka yang pertama kali dilakukan mencari sisterna magna dan dibuka, kemudian
cairan serebrospinalis dikuras. Retraksi serebrum harus dilakukan secara gentle
supaya tidak merusak, setelah tampak tumor langkah berikutnya adalah debulking,
dimulai dari sisi lateral tumor ke medial dan anterior sampai terlihat porus
akustikus internus dan dibuka untuk eksisi tumor yang terletak di dalam kanalis
auditory interna. Langkah berikutnya adalah mengambil sisa tumor yang menempel
pada nervus kranialis VII dan menekan batang otak, biasanya langkah ini paling
sulit terutama jika nervus fasialis sudah terbungkus oleh tumor. Durameter
ditutup kedap air, otot kulit dijahit lapis demi lapis. Unutk mencegah terjadinya
lesi nervus fasialis sebaiknya dipasang monitor.Ahli bedah saraf kebanyakan
menggunakan teknik retrosigmoid kalaupun menggunakan translabirinthine maka
akan dilakukan operasi bersama sejawat ahli THT.
Keuntungan teknik
retrosigmoid :
1. Dapat
digunakan untuk berbagai tumor akustikus atau berbagai jenis tumor di daerah
cerebellopontine angle.
2. Daerah fossa
posterior dapat terlihat lebih jelas dibandingkan 2 teknik yang lain.
3. Teknik dapat
digunakan untuk fungsi pendengaran yang masih baik ataupun pada penderita yang
sudah mengalami ketulian.
4. Tidak
merusak struktur labirin.
Kerugian teknik
retrisigmoid :
1. Teknik ini
hanya dapat digunakan untuk tumor kecil yang terletak 1/3 medial dari kanalis
auditorius interna sedangkan untuk tumor yang terletak di kanalis auditorius
interna 1/3 tengah sampai 1/3 lateral akan mengalami kesulitan dan sebaiknya
digunakan teknik yang lain terutama translabyrinthine.
2. Teknik ini
tidak dapat melihat struktur di daerah inferior dari cerebellopontine angle dan
bagian posterior dari tulang temporalis sampai porus akustikus.
3. Terjadi
penekanan dan retraksi pada serebelum yang pada akhirnya akan menyebabkan
edema, hematom atau infark serebelum.
4. Terjadinya
kebocoran cairan serebrospinal lebih sering terjadi oleh karena pada teknik ini
harus membuka cysterna magna.
b. Translabirinthine
Beberapa keuntungan
teknik translabyrinthine :
1.
Teknik ini memberikan ruang yang
lebar untuk operasi tumor yang terletak yang menekan bagian lateral batang
otak.
2.
Tidak diperlukan retraksi serebelum.
3.
Kanalis auditori interna tampak
terlihat dengan baik demikian juga nervus fasialis akan terlihat dengan jelas
sehingga lesi fasialis dapat dihindari dan jika harus dikorbankan nervus
fasialis dapat disambung kembali baik anastomose langsung maupun menggunakan
grafi.
4.
Kejadian kebocoran cairan
serebrospinal lebih kecil dibandingkan transigmoid dan subtemporal ( middle
fossa approach ).
Beberapa kerugian
teknik translabyrinthine :
1.
Preservasi fungsi pendengaran sangat
tidak mungkin bisa dilakukan.
2.
Diperlukan penutup / graft untuk
menutup luka sehingga menimbulkan luka di tempat lain ( biasanya graft lemak
diambil dari dinding abdomen ).
3.
Sinus sigmoid lebih sering mengalami
cidera dan jika terjadi perdarahan akan lebih sulit dikendalikan. Oleh karena
lapangan operasi yang sempit.
c. Subtemporal ( middle fossa
approach )
Setiap teknik
mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing
.Keuntungan
teknik subtemporal :
1.
Merupakan satu-satunya teknik untuk
mencapai canalis auditoris interna tanpa merusak fungsi pendengaran.
2.
Tidak membuka durameter.
Kerugian teknik subtemporal :
1.
Nervus fasialis biasanya melewati
permukaan atas tumor, sehingga akan mudah terjadinya lesi nervus fasialis.
2.
Resiko terjadinya robekan durameter
terutama pada penderita tua dimana durameter sangat melekat pada tulang
temporalis.
3.
Ekposure fossa posterior lebih
sempit sehingga hanya didindikasikan untuk tumor diameter kecil.
3. Radiasi
Radiasi yang paling baik adalah
dengan bantuan pemasangan frame strereotaksis sedangkan alat yang digunakan
bermacam yakni Gamma khife, Cyber knife, Brain lab, yang akan memancarkan
beberapa sumber radiasi dosis rendah menuju target sehingga pada target tersebut
menerima dosis radiasi yang besar. Efek pada sel akan menyebabkan DNA terpecah
dan sel menjadi mati, sel neuroma bersifat radioresisten dengan radiasi dosis
rendah akan tetapi sel tumor akan mati jika mendpat dosis tinggi.
Keuntungan stereotaksis radioterapi :
a.
Penurunan masa tinggal di rumah
sakit sehingga menurunkan seluruh biaya.
b.
Cepat kembali seperti sedia kala.
c.
Angka morbiditas dan mortalitaas
yang jauh lebih rendah disbanding operasi.
Kerugian stereotaksis radioterapi :
a.
Diperlukan control pemeriksaan CT
Scan atau MRI secara rutin, sehingga jika dihitung seluruh biayanya
diperkirakan lebih mahal dari pada biaya operasi.
b.
Tidak menghilangkan tumor dengan
segera.
c.
Resiko terjadinya lesi nervus
kranialis V lebih tinggi.
d.
Belun diketahui resiko terjadinya
perubahan tumor menjadi ganas sebagai efek samping radiasi, diperkirakan angka
kejadiannya 1 : 1000 setelah 30 tahun.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
·
Nama
·
Jenis kelamin
·
Umur
2. Keluhan utama :fungsi pendengaran klien menurun, mual dan
muntah, pusing yang berlebih.
3. Riwayat peyakit dahulu : pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
4. Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien. Hal
ini sangat di butuhkan karena pada Neuroma Akustik yang beretiologi pada
herediter atau keturunan.
5. Pengkajian fisik.
a. Inspeksi : pada telinga terlihat adanya
benjolan/pertumbuhan abnormal.
b. Palpasi : terasa nyeri ketika di
palpasi area telinga bagian tengah .
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat mengenai gaya hidup klien yang tidak sehat.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan untuk makan, nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut.
c) Pola eliminasi
Klien dengan Neuroma Akustik pola defekasinya lancar, peristaltic usus
normal, tidak terjadi inkontinensia urine.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena vertigo yang di alami klien.
kelemahan.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada pola tidur dan istirahat
klien.
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan pendengaran.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Pola pendengaran klien berkurang serta daya pemahaman terhadap sesuatu
tidak efektif. Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,
tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien tidak mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan pada muka dan ekstremitas normal.
i)
Pola
reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual
j)
Pola
penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil, kelemahan, vertigo. (Doenges, 2000).
3.2PEMERIKSAAN PENUNJANG :
a. Biasanya
dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI adalah evaluasi yang sangat
akurat yang mampu mendeteksi hampir 100% dari neuroma akustik.
b. Computerized
Tomografhi Scanning (CT scan), tidak dapat mengidentifikasi tumor yang lebih
kecil, tetapi ia dapat digunakan ketika neuroma akustik dicurigai dan evaluasi
MRI tidak dapat dilakukan.
3.3. ANALISA DATA
Nama
klien: No. register :
Umur : Dx.
Medis : Neuroma Akustik
Ruang : Alamat :
Tanggal /
Jam
|
Data Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
DS : DS; px
mengatakan kepalanya pusing dan muter-muter serta nyeri terasa
cekot-cekot pada kepala dan telinga kanan.
DO : DO: Saat
dilakukan pemeriksaan oleh Dokter, didapatkan benjolan pada telinga kanan bagian dalam ± 4 cm. TD
: 170 / 140 mmHg
|
Nyeri
|
Peningkatan tekanan intra kranial
|
|
DS : DS:mengeluh
pusing saat bangun tidur.
DO: DO:TD :
170/140 mmHg
|
Gangguan perfusi jaringan
|
Hipertensi
|
|
DS : DS:px
mengeluh tidak bisa mendengar apapun. Sudah 3 bulan yang lalu telinga sebelah
kanan terasa ada benjolan dan pendengaran berkurang serta telingan sebelah
kanan terasa berdenging
.ddd DO:-
D
|
Perubahan persepsi-sensori
|
Gangguan pendengaran
|
|
DS : DS:Keluarga
px mengatakan sudah 3 hari terakhir ini Tn. A jarang beraktivitas karena
mengeluh pusing saat bangun dari tidur.
DO: -
|
Intoleransi aktivitas
|
Nyeri
|
|
DS: DS: px juga merasakan mual-mual sehingga
sudah 3 hari porsi makannya berkurang.
DO: -
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
Intake inadekuat
|
|
DS : DS:px mengatakan kepalanya pusing dan
muter-muter.
DO: -DO:-
|
Resiko cedera
|
Gangguan keseimbangan
|
|
DS: DS:Px merasa khawatir karena px tidak
pernah menyangka penyakitnya separah itu. Dokter menyarankan kepada px untuk
dilakukan pemeriksaan Rongent dan CT-Scan untuk memastikan penyakit px dan
menjelaskan kemungkinan untuk pembedahan.
DO: -
|
Ansietas
|
Tindakan pembedahan
|
|
DS: px tidak pernah menyangka penyakitnya
separah itu dan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit yang sedang diderita.
DO: -
|
Kurang pengetahuan
|
Kurang informasi
|
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh
dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran
tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan
akan terjadi (potensial) di mana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang perawat.
1. Nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.
2. Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi.
3. Perubahan
persepsi - sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran.
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan nyeri.
5. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
6. Resiko
cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan.
7. Ansietas
berhubungan dengan tindakan pembedahan.
8. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
3.5
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama
klien: No. register:
Umur : Dx. Medis:Neuroma Akustik
Ruang :
Alamat:
Jam / Tanggal
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Rencana Tindakan
|
Ttd
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
||||
11. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
cranial.
|
·
Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka nyeri akan
hilang/berkurang, dengan kriteria hasil:
·
melaporkan
nyeri berkurang / terkontrol.
·
menunjukkan
/ menggunakan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
|
1.Teliti keluhan
nyeri, catat intensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya ( misal :
berat, berdenyut, konstan ), lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau
meredakan.
2. Instruksikan pasien untuk melaporkan
nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul.
3. 2.Ajarkan untuk beristirahat dalam ruangan yang
tenang.
4. 3. Berikan kompres
dingin pada kepala.
5. 4.Berikan obat sesuai dengan indikasi ( analgesic
seperti asetaminofen, ponstan, dan sebagainya ).
|
1 1.Nyeri merupakan pengalaman subyektif dan harus
dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang
berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi
yang tepat.
2 2. Pengenalan
segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan.
3 3.Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat
mengurangi sakit kepala.
4. Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan
vasodilatasi.
5. Penanganan pertama dari sakit kepala secara umum
hanya kadang-kadang bermanfaat pada sakit kepala karena gangguan vascular.
|
||
2.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
|
·
Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka terjadi peningkatan
aktivitas, dengan kriteria hasil :
·
Mendemonstrasikan
terjadi peningkatan toleransi aktivitas.
|
1.
1. Kaji
kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil / frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas
dan perawatan diri.
2.
2. 2.Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam
memilih periode aktivitas.
3. 4.Pantau frekwensi / irama jantung, TD dan
frekendi pernapasan sebelum / sesudah aktivitas dan selama diperlukan.
s
4. 5.Rencanakan perawatan dengan periode
istirahat / tidur tanpa gangguan.
5. Berikan obat sesuai indikasi, contoh
: asetaminofen.
|
1. 1.Stabilitas fisiologis pada
istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktivitas individual.
3.
2.Seperti
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.
4.
3. 3. Penurunan TD, takikardi,
disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung
terhadapa aktivitas.
4. 4.Meningkatkan proses
penyembuhan dan kemampuan koping emosional.
5. 5.Biasanya diberikan untuk
control nyeri adekuat dan memperbaiki kenyamanan pasien dan meningkatkan
penyembuhan.
|
||
33. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat.
|
·
Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka nafsu makan meningkat,
dengan kriteria hasil :
·
Mual
hilang
·
Nafsu
makan meningkat
·
BB normal
·
Tidak
terjadi malnutrisi
|
1. 1. Buat tujuan berat badan minimum dan
kebutuhan nutrisi harian.
2. 2. Berikan makan sedikit tapi dengan
pemberian yang sering.
3. 3. Izinkan pada pasien untuk memilih
menu harian sendiri.
4. 4.Berikan menu yang lebih bervariasi
pada pasien.
5. 5.Rujuk pada ahli gizi.
|
1. 1. Malnutrisi adalah
kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi
fungsi kognitif / pengambilan keputusan.
2.Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan dan
kerja psikologis.
2. 3.Lebih efektif karena
meningkatkan kerja dari gaster.
3. 4. Meningkatkan stimulasi
untuk melakukan intake makanan yang lebih adekuat.
4. 5. Dengan menu yang
bervariasi akan merangsang intake makanan pasien sehingga meningkatkan asupan
gizi dalam tubuh.
5. Untuk memberikan asupan
nutrisi yang lebih tepat.
|
||
44.. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
|
·
Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka ansietas akan berkurang,
dengan kriteria hasil :
·
Tampak
rileks
·
Melaporkan
ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
|
1.
1.Kaji
status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya
tanda-tanda verbal atau non verbal.
2.
3.
2.Berikan
penjelasan tentang hubungan antara penyakit dan gejalanya.
4.
3. 3.Jawab setiap pertanyaan dengan
penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognose penyakit.
4. 4. Jelaskan dan persiapkan untuk
tindakan prosedur pembedahan sebelum
dilakukan.
5. 5, Berikan kesempatan pasien untuk
mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
|
1. 1. Derajat ansietas akan
dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individual
2. 2.Meningkatkan pemahaman, mengurangi
rasa takut karena ketidaktahuan dan dapt membantu menurunkan ansietas.
3. 3.Penting untuk menciptakan
kepercayaan karena penyakit yang diderita mungkin menakutkan, ketulusan dan
informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga
keluarga.
4. 4.Dapat meringankan ansietas
terutama ketika pemeriksaan melibatkan otak.
5. 5.Mengungkapkan rasa takut
secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
|
||
55.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
|
·
Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 3X24 jam maka pasien akan tahu tentang
penyakitnya, dengan kriteria hasil :
·
Mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi / proses penyakit dan pengobatan.
·
Berpartisipasi
dalam proses belajar.
|
1.
1.
Evaluasi kemampuan dan kesiapan untuk belajar dari pasien juga keluarganya.
2.
3.
2.Libatkan
semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien di
rumah
4.
.
3. 3. Berikan
lingkungan terbuka untuk berdikusi.
4 4..Gunakan keterampilan komunikasi yang
terapeutik, memberikan perhatian.
4. 5.Berikan informasi dalam
bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana.
5. 6. Kaji kembali pemberian obat /
pengobatan. Anjurkan untuk menghindari pemakaian obat-obat bebas tanpa
persetujuan dari dokter.
|
1. 1.Memungkinkan untuk
penyampaian bahan yang didasarkan atas kebutuhan secara individual. Catatan :
pasien mungkin tidak mampu menerima informasi baik secara emosi maupun secar
mental.
2. 2.Dapat memudahkan beban
terhadap penanganan penyakit.
3. 3.Memberikan kesempatan
bagi pasien untuk mendiskusikan keingintahuannya.
4. 4.Informasi akan lebih
dimengerti pasien dan menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan
kemampuan untuk menerima / memproses dan mengingat / menyimpan informasi yang
diberikan.
5. Meningkatkan keamanan
pasien dan meningkatkan sifat kooperatif pasien terhadap pengobatan.
|
3.6 EVALUASI
KEPERAWATAN
Nama klien : No.
register
Umur : Dx.
Medis : Neuroma Akustik
Ruang : Alamat :
Jam/tanggal
|
Diagnose
keperawatan
|
Evaluasi(S,O,A,P)
|
|
Nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
|
S:Pasien melaporkan nyeri terkontrol.
Menunjukkan/menggunakan perilaku untuk O:mengurangi
kekambuhan, ekspresi wajah rileks.
A: A:Masalah sudah teratasi.
P : P:Lanjutkan intervensi
|
|
. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
|
en S:Pasian mendemonstrasikan
terjadi peningkatan toleransi aktivitas.
O : O:Pasien melakukan berbagai aktivitas.
A: AMasalah sudah
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
|
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
|
iP S:Pasienmengatakan
mual hilang, nafsu makan meningkat.
O: O: Berat badan
normal, tidak terjadi malnutrisi.
A: A:Masalah sudah
teratasi.
P : Lanjutkan Intervensi
|
|
Ansietas berhubungan
dengan tindakan pembedahan
|
S:pasien melaporkan ansietas berkurang.
O:Pasien tampak rileks.
A:Masalah sudah teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
|
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
|
S:Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / proses
penyakit dan pengobatan.
O:Pasien berpartisipasi dalam proses belajar.
A:Masalah sudah teratasi.
P;Hentikan intervensi.
|
|
|
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat
tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus, menyebabkan gangguan pendengaran,
dering di telinga Anda dan kegoyangan. Juga dikenal sebagai schwannoma
vestibular, neuroma akustik mnerupakan penyebab umum gangguan pendengaran.
Penyebabnya 2 gen Neurofibromatosis (NF2)yang diturunkan oleh ayah dan ibu.
Tanda gejala gangguan pendengaran, (tinnitus) di
telinga yang terkena, kegoyangan, kehilangan keseimbangan,
Pusing (vertigo), wajah mati rasa dan kelemahan.
Penatalaksanaannya dilakukan :
1. Operasi, dapat menghilangkan tumor/
pengangkatan tumor untuk memperlambat atau menghentikan pertumbuhannya.
2. Terapi radiasi Stereotactic,
Terapi radiasi dilakukan dalam berbagai cara, tetapi terutama oleh empat
metode gamma, radioterapi. Radiasi diberikan dalam dosis tunggal
yang besar.
B. SARAN
Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran pada satu telinga,
biasanya bertahap dengan tanda gejala lainnya, dianjurkan sesegera di periksa
guna mengetahui dan mencegah neuroma akustik.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddrath.2002.Buku Ajar :
Keperawatan Medikal Bedah Vol 3.EGC :
Jakarta
Doengoes, Marlynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Pearce,evelyn.2006.anatomi&fisiologi paramedis.gramedia:jakarta
Arif Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Price ,Sylvia.A, dkk.2006. Patofisiologi.Jakarta : EGC
Gandiwor. 2010. Acoustic neuroma.
http://galemedicine.com/2010/06/acoustic-neuroma.html di akses jam 11.00 wib
tanggal 05 – 03 – 2013
. Acoustic neuroma association.v http://translate.googleusercontent.com/translate. di akses
jam 11.05 wib tanggal 05 – 03 – 2013
Wikipedia.vhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F%2Fen.wika.org%2Fwiki%2FVestibular_schwannoma.
di akses jam 11.10 wib tanggal 05– 03 – 2013
Apriyansyah, aditya .2010. neuroma akustik.
http://noo-probv
lemo.com
neuroma-akustik.html
di akses jam 11.10 wib tanggal 05 – 03 – 2013
Komentar
Posting Komentar