keperihatinanku dan anggapan masyarakat

13/10/2013 pukul 11.34
 
tertuang sejuta mimpi dalam bejana yang berunsur karet, ini yang selalu aku aku pikirkan, mimpiku yang terlalu banyak hingga menjadikan  mimpi bagai bintang-bintang dilangit, tak pernah aku samapai padanya, namun cahayanya begitu indah menghiasi mata suci ini. bukan lebah bergantung yang terjatuh bukan pula kafas yang akan terus terbang tinggi juga tak ada yang mengira bila air terbang dari lautan menghitari bentangan udara diatas aku berpijak. sampai kapanpun mempiku akan senantiasa menjadi semngat hidupku, andaikata semua tertanam dalam benakku saja, tak aku permasalahkan.
mimpi menjadi inspirasi sekaligus motivasi yang begitu besar dalam aku melangkah menjalani setitik kehidupan yang dianugrahkan tuhan. semua masih spekulasi, hasrat besar dari dalam jiwa, tak memastikan semua akan berkahir sempurna, begitupula suramnya kehidupan ini tak bisa jadi pegangan aku akan tertindas menjadi gila karena tumpukan cita-cita.
hari ini pukul 07.30 WIB. aku berangkat dengan segenap harapan besar untuk tercatat dalam tes wawancara menjadi asisten dosen. Sempurna, aku terpanggil untuk mengikuti tes wawancara, tak ada yang begitu fenomenal dalam tes ini, namun hanya saja persiapan yang sangat kurang membuatku sedikit kaku disaat penguji memutuskan untuk melihat ekspresi dan stiyle terhadap mahasiswa yang akan menjadi lumbung sempurna latihan berbicara sebelum harapanku menjadi guru besar tercatat dalam instansi pendidikan dan lembaga perguruan tinggi negeri. aku tak percaya bila hari ini aku memutuskan untuk mengambil kesempatan yang pada hakikatnya sangatlah menegangkan dalam mengemban amanah besar ini. tapi yang jelas hari ini aku sudah memastikan diri dan berharap banyak dari hasil tes wawancaraku.
pukul 9.30 WIB aku kembali menuju kelas tempat dimana aku bisa tersenyu, tertawa, dan yang pasti tempat upgrade perkembangan akan ilmu pengetahuan. sewaktu diperjalananmenuju ruang kulyah, sedikit terperanjat melihat sesuatu yang bagiku cukup tabu, seorang gus (sebutuan untuk putra kiayi) mengendari mobil dengan santainya tanpa rasa berdosa melewati seorang pengemis yang pastinya sangatlah tua, bukan pengemis biasa yang kadang menghilngkan segenap hasrat kemanusiaannya yang membuat ia buta dengan segala tipu dayanya sendiri. tapi saya yakin usia yang kini dijalni kakek pengemis takkan mampu untuk melakukan sesuatu ditengah persaingan pasar bebas yang baru-baru ini mulai tancap gas. dan apakah salah bila saya berkata keilmuan yang ia miliki hanyalah sebatas info yang tersimpan tanpa pernah bisa muncul dalam perwujudan praktik kehidupan. ia hanya menang dalam penilaian masyarakat yang bagiku mayarakat hanya melihat dari satu penadangan lurus akan garis keturunan, tanpa mau sedikit berfikir bila pelajran seperti ini sudah dicontohkan oleh nabi muhammad saw. dengan pamannya yang begitu gigih membela perjuangan baginada rosul, Abu Thalibpun harus terperosok kedalam neraka. bukankah contoh seperti ini sudah cukup bagi kita dalam penilain terhadap manusia, bukan terlena pada garis keturunan yang tak selamanyan bisa menjadi jaminan, bila keturunan jahat akan terus tumbah dan menggenarsi. bukan begitu dan sungguh anggapan masyarakat salah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ChorioCharsinoma

Asuhan Keperawatan Neuroma Akustik

ISOLASI SOSIAL