Gigantisme (Kelebihan Grouwth Hormon)

GIGANTISME
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Gigantisme merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelebihan GH (Growth Hormone) / IGF-1 (Insulin Like Growth Factor-1) yang dapat mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Penyebab kematian tersering pada gigantisme adalah penyakit kardiovaskuler.
        Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis (epiphyseal plate) pada ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan berakibat timbulnya tubuh raksasa (gigantisme).Pada umumnya pasien gigantisme  juga menunjukkan gambaran akromegali. Penyakit ini jarang sekali, insiden pasien baru adalah 3-4/1 juta penduduk / tahun.Usia rata-rata pada saat ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40-45 tahun.
        Peningkatan GH / IGF-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan GH (somatotroph tumor). Penyebab lain yang sangat jarang adalah peningkatan GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone) yang dihasilkan oleh tumor-tumor hipotalamus dan GHRH / GH ektopik dari tumor-tumor non endokrin.
        Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu rata-rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun. Gambaran klinis akromegali / gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH / IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri. Pengobatan pada kasus dini dengan pembedahan tumor, obat-obatan dan penyinaran dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.

1.2    RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah definisi Gigantisme ?
2.      Apa etiologi dan gejala Gigantisme ?
3.      Bagaimana patofisiologi Gigantisme ?
4.      Bagaimana pentalaksanaan dan pemeriksaan penunjang Gigantisme ?
5.      Bagaimana asuhan kepeawatan dengan pasien Gigantisme ?


1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti diskusi ini, mahasiswa mampu memahami dan mengerti asuhan keperawatan pada pasien yang menderita Gigantisme
2.   Tujuan Khusus
Setelah mengikuti diskusi ini, ditujukan agar mahasiswa mampu :
a.       Menjelaskan pengertian dari gigantisme
b.      Menyebutkan dan menjelaskan etiologi dari gigantisme
c.       Menyebutkan manifestasi klinis dari gigantisme
d.      Menjelaskan patofisiologi dari gigantisme
e.       Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan dari gigantisme
f.       Menyebutkan komplikasi dari gigantisme
g.      Membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita gigantisme.s
1.4 MANFAAT  
1. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang  berhubungan dengan kasus gigantisme
2. Manfaat Ilmiah
Hasil diskusi ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan bagi pengembangan ilmu keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  DEFINISI
Gigantisme adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan, terjadi pada masa anak-anak dan remaja.keadaan ini menyebabkan pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat dan pasien akan menjadi seorang raksasa. (Syilfia A Price, 2005).
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah dan menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata. Penyakit ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan secara berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita memasuki usia menengah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis.
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar yang diatas normal.Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan.Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." Tinggi dewasa yang mengalami gigantisme dapat setinggi sekitar 2.25 - 2.40 meter.
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar yang diatas normal.Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa" tinggi dewasa
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar yang diatas normal.Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan.Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan.
Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormon pertumbuhan.Growth Hormon dilepaskan dari kelenjar hipofisis anterior dalam jumlah besar selama tidur.Hormon ini bekerja terhadap semua jaringan. Pelepasannya diatur oleh human growth hormoneinhibiting factor (HGF-IF). Faktor penghambat ini disebut juga somatostatin.Somatostatin merupakan peptida dengan 14 asam amino.Pada masa kanak-kanak HGH merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan otot.Selain itu aktivitas yang berlebihan mengakibatkan pertumbuhan yang berlebihan (gigantisme).Sedangkan lawan dari penyakit ini adalah dwarfisme.Gigantisme dapat disertai gangguan penglihatan bila tumor membesar hingga menekan kiasma optikum yang merupakan jalur saraf mata. Diagnosa penyakit ini berdasarkan gejala-gejala yang ditunjukkan dan diperkuat oleh tingginya kadar GH/ IGF-1.

2.2  ETIOLOGI
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan hormon berlebihan (Syilfia A Price, 2005)
·      Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis
·      Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari Hipothalamus.
·      Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang mensekresi GH atau GHRH
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan

2.3  GEJALA
Pada penderita gigantisme terjadi pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal. Masa pubertas tertunda dan alat kelamin tidak dapat tumbuh sempurna (Syilfia A Price,2005)
·      Pertumbuhan linier yang cepat
·      Tanda – tanda wajah kasar
·      pembesaran kaki dan tangan
·      Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier
·      Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
·      Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas
·     Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih.

·      Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak.
·      Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar.
·      Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit.
·      Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.
·      Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol (prognatisme).
·      Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak. Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi gagal jantung.
·      Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang sebelah luar.
·      sakit kepala hebat.
  2.6 PATOFISIOLOGI
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali,termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja,yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat(sepertiraksasa).

Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.

Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.


2.5  PENATALAKSANAAN
Bila hipersekresi GH diakibatkan oleh adanya tumor maka dilakukan pengangkatan tumor atau dengan terapi radiasi.Pengobatan medis dengan menggunakan octreotid, suatu analog somatostatin juga tersedia.Suntikan octreotid bisa membantu menghalangi pembentukan hormone pertumbuhan. Octreotid dapat menurunkan sekresi kadar GH dan IGF-1, mengecilkan ukuran tumor dan memperbaiki gambaran klinis. Obat lainnya yang juga membantu adalah bromokriptin (Price, 2005)
·         Terapi radiasi
·         Bromokripitin, suatu antagonis dopamine efektif untuk menurunkan kadar GH.
·         Pengobatan kelebihan GH biasanya adalah aksisi tumor penghasil GH secara bedah.
.    Terapi
·         Dikenal 2 macam terapi, yaitu:
  1. Terapi pembedahan
Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan oleh besarnya tumor.

Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 – 20% kasus, namun pada umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro spinal (CSF leak), fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi.

Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 µg/l. Dengan kriteria ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 – 60% kasus, yang terdiri dari 80% kasus mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma.

  1. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan.
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5 µg/l setelah pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.
·          

2.4  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.   Kepastian diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan hormon pertumbuhan. Sebagai uji penyaring pemeriksaan SM-G (IGF-1) kemungkinan dianggap paling baik.
2.   CT-Scan kepala. MRI untuk mengetahui adanya tumor hipofisis makro maupun mikro.
3.   Tes supresi hormon pertumbuhan (GH supresin tes) dengan beban glukosa 100gr. Dinilai abnormal kalau terdapat kegagalan penekanan sampai dibawah 2µg/l. (Rumohargo. 1999)

2.7 KOMPLIKASI
1. Hipertropi Jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes Melitus

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN

1.      KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh pertumbuhan tulang abnormal pada gigantisme, pertumbuhan longitudinal dan sangat cepat.Pada akromegali umumnya memeperlihatkan pembesaran tangan dan kaki.

2.      RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak kapan keluhan dirasakan. Pada gigantisme klien biasanya mengatakan pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal, untuk anak-anak pertumbuhannya dua kali tinggi badan normal pada usia tersebut. Didapatkan masa pubertas yang tertunda dan alat kelamin tidak dapat tumbuh sempurna.Pada akromegali klien mengatakan tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang, gambaran tulang wajah kasar, tangan dan kakinya membengkak.

3.      RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada gigantisme dan akromegali biasanya riwayat penyakit dahulu klien mungkin pernah menderita tumor hipofisis jinak.

4.      RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Gigantisme dan akromegali tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang memilki penyakit akromegali dan gigantisme.

3.2      PEMERIKSAAN FISIK
1.      BREATH (B1)
Biasanya pada pasien akromegali dan gigantisme tidak terjadi perubahan pola nafas.Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya proses pembesaran tumor hipofisis.
2.      BLOOD (B2)
Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung.Pada akromegali jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi gagal jantung.
3.      BRAIN (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal akibat penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum.
4.      BLADDER (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna.Pola BAK biasanya normal.Pada akromegali terdapat penurunan libido, impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
5.      BOWEL (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan. Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga membesar sehingga penderita sulit berbicara. (Price, 2005)
6.      BONE (B6)
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan tangan perubahan bentuk yang terjadi membesar.Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri punggung dan perubahan fisiologik tulang belakang.Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)

B.     Pengkajian keperawatan secara khusus
  1. Riwayat penyakit.
  2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
  3. Keluhan utama, melipuse :
•         Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dll.
•         Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia.
•         Nyerikepala.
•         Gangguanpenglihatan.
•         Libido seksualmenurun, dll.
4.      Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :
•         Amati bentukwajah.
•         Kepala, tangan/ lengan dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
•         Adanyakesulitanmengunyah.
•         Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
•         Peningkatanrespirasikulit.
•         Suaramembesarkarenahipertropilaring
•         Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
•         Disfagiaakibatlidahmembesar.
•         Kelemahan
•         Perubahannutisi
•         Ketidakseimbangan  cairandanelektrolit
•         Perubahankardiovaskular
•         Perubahankarakteristiktubuh
•         Intoleransiterhadap stress
•         Ketidakstabilanemosional
•         Perubahanproduksi
C.    Data Subjektif
1.      Kelemahandanpolatidur
2.      Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3.      Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4.      Riwayat kardiovaskular
5.      Polaintake dan out[ut cairan
6.      Rasa tidak nyaman
7.      Penggunaan obat – obatan
8.      Riwayat reproduksi
9.      Penggunaan medikasi
10.  Kelainan endokrin dan pengelolaannya.

D.    Data Objektif
1.      Tinggidanberatbadan
2.      Proporsitubuh
3.      Jumlah dan distribusi masa obat
4.      Distribusilemak
5.      Pigmentasikulit
6.      Distribusirambut

E.     Pemeriksaan diagnostik
1.      Pemeriksaanfungsi target organ
2.      Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
3.      Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan melakukan efeknya terhadap kadar hormone sarum.
4.      Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan

3.4      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus
2.    Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
3.    Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh
4.   Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
5.   Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot 

3.5      INTERVENSI KEPERAWATAN
1.    Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
1)  Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin.
2)  Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif.
3)  Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
Rencana Tindakan:
1)      Orientasikan pasien terhadap lingkungan aktifitas.
Rasional : Memperkenalkan pada pasien tentang lingkungan dam aktifitas sehingga dapat meninggalkan stimulus penglihatan.
2)      Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
Rasioal : Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata
3)      Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien
Rasional : Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus.
4)      Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton TV, mendengarkan radio. dll
Rasional : Meningkatkan input sensori, dan mempertahankan perasaan normal, tanpa meningkatkan stress.
5)      Posisi pintu harus tertutup terbuka, jauhkan rintangan.
Rasional : Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.
2.    Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
            Tujuan : Rasa nyeri berkurang atau hilang
            Kriteria Hasil :
a.    Pasien akan memberitahukan nyeri hilang atau terkontrol
b.    Pasien dapat melakukan tindakan atau metode untuk mengurangi dan mengatasi nyeri.
Intervensi:
1.  Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.      Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, seperti: ekspresi wajah; gelisah,  menangis, menarik diri
Rasional : Merupakan indikator / derajat nyeri yang tidak langsung dialami pasien
3.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional : Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri
4.        Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional :Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin
5.      Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul
Rasional :Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan
6.      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional :Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
8. Kolaborasi dalam pemberian analgesik
Rasional : Obat-obatan anlgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

3.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang berlebihan
Tujuan : Pasien dapat menerima dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang belebihan.

Kriteria Hasil :
a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan, tanpa rasa malu dan rendah diri.
              b. Pasien yakin akan kemampuan yang akan dimiliki.
Intervensi :
1.    Dorong mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit
Rasional :Memberikan informasi kepada pasien tentang penyebab penyakit sehingga menimbulkan respon psikologis yang positif
2.    Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien
3. Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
Rasional :Membantu memenuhi kebutuhan klien sehingga klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatannya terpenuhi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
      Gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis. Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada anak-anak maupun remaja akan muncul sebagai gigantisme.
    Penyebab terbanyak (95 %) dari akromegali / gigantisme adalah adenoma hipofisis yang mensekresi GH dan jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH ektopik.
     Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH / IGF-1 dan efek massa tumor. Konsekuensi akromegali / gigantisme dapat meningkatkan angka morbiditas dan motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan.
   Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir ini pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis.Oleh karena pengobatan radiasi masih banyak kelemahannya, penggunaannya hanya sebagai penunjang pada kasus-kasus tertentu.

4.2  SARAN
1.    Bagi pasien
Pasien mengerti tentang penyakitnya dan pasien mau kontrol rutin dan berobat jalan sesuai advis dokter.Pasien juga diharapkan mengerti dan mengetahui gejala pada gigantisme dan akromegali.
2.      Bagi perawat
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau mengungkapkan masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan.
  
DAFTAR PUSTAKA
  1. Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001
  2. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
  3. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
  4. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
  5. Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001
  6. Doenges E, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan keperawatan.Jakarta : EGC.
  7. Rumahorbo, Hotma . 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC
  8. Suddart & Brunner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
  9. Suyono slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUi
  10. http://id.wikipedia.org/wiki/gigantisme



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ChorioCharsinoma

Asuhan Keperawatan Neuroma Akustik

ISOLASI SOSIAL