Kegawatan Muskuluskeletal dan Lifting and Moving
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini selain menyebabkan fraktur, menurut WHO juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.
Fraktur biasanya terjadi pada cruris, karena cruris sangat kurang di lindungi oleh jaringan lunak, sehingga mudah sekali mengalami kerusakan (Rasjad, 1998).
Liifting and moving Adalah menggunakan seluruh kemampuan tubuh anda sebagai alat untuk mengangkat dan memindahkan, serta mencegah cedera.
Memahami mekanik tubuh dalam melakukan pengangkatan beban/penderita sangat penting di kuasai agar penolong tidak cidera. Karena dalam teknik memindahkan yang digunakan adalah kemampuan otak bukan hanya tenaga (brain not brown).
Jika mengangkat penderita dan membawa peralatan dengan tidak tepat dapat menyebabkan cedera, dan kemungkinan berakhirnya karir anda atau menyebabkan nyeri seumur hidup.Tujuan
Sebagai bahan untuk memenuhi tugas dan sebagai khazanah wawasan.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud Kegawatan Muskuloskeletal dan lifting and moving
Bagaimana penetalaksanaan kegawatan muskuluskeletal dan lifting and moving ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
DEFINISI KEGAWATAN MUSKULOSKELETAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner&Suddarth: 2002). Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 1999).
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma (Tambayong: 2000). Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik ( Price, 1995).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan trauma atau tenaga fisik dan menimbulkan nyeri serta gangguan fungsi.
ETIOLOGI
1. Cidera atau benturan
2. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3. Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan teradi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktifitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.
4. Trauma
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
Tipe Trauma dibagi menjadi 2
Terbuka.
Terjadi kerusakan kulit dan disertai perdarahan.
Tertutup.
Tdk terjadi kerusakan kulit ttp kemungkinan adanya perdarahan di dalam bisa terjadi
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen, proteoglikan). Kalsium dan phospat membenuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70 % dari osteoid adalah kolagen tipe 1 yang kaku dan memberikan ketegaran tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
Hampir semua tulang berongga dibagian tengahnya. Struktur demikian memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang relatif kecil atau ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen danmineral dalam jaringan tulang. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lameral. Tulang yang berbentuk anyaman terlihat saat pertumbuhan cepat, seperti sewaktu perkembangan janin atau sesudah terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang lebih dewasa yang berbentuk lameral. Pada orang dewasa tulang anyaman ditemukan pada insersi ligamentum atau tendon. Tumor sarkoma osteogenik terdiri dari tulang anyaman . tulang lameral terdapat seluruh tubuh orang dewasa.tulang lameral tersusun dari lempengan-lempengan yang sangat padat, dan bukan merupakan suatu massa kristal. Pola susunan semacam ini melengkapi tulang dengan kekuatan yang besar.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel: osteoblas, osteosid dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang. Vitamin D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar hormon paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada vitamin D hormon paratiroid tidak akan menyebabkan absorbsi tulang. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu kalsifikasi tulang, antara lain dengan meningkatlan absorbsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.(Price dan Wilson: 1995)
PENATALAKSANAAN
Cidera Jaringan Lunak
Cidera Jaringan Lunak Tertutup
Cidera jaringan penghubung tulang dan tulang (ligament) akibat peregangan berlebihan sehingga jaringan lunak yang mengikat rusak
Gejala :
- Nyeri/ tidak berfungsi bagian tubuh
- korban merasa seperti ada yang retak
- pembengkakan
- Ketidakmampuan bergerak
Tindakan :
1. Tinggikan bagian yang cedera
2. Kompres es
3. Pasang bidai atau elastis verban
4. Pembidaian selama 3-4 minggu
Peregangan tendon atau otot yang berlebihan karena terkilir
tanda :
- Nyeri yang sangat berat, rasa perih lokal
- Luka akibat efek bagian pasif
- Pembengkakan
- Lebam setelah beberapa hari
tindakan :
- Istirahat dan bidai
- Tinggikan bagian yang cidera
- Kompres es 24-48 jam
- Penghangatan setelah 48 jam
- Hindari pergerakan bila timbul nyeri dan bengkak
Cidera Jaringan Lunak Terbuka
Luka serut : akibat gesekan atau terkelupasnya bagian terluar kulit, sangat sakit, perdarahan ringan
Lacerasi : luka cukup dalam, pinggir luka bergerigi tidak teratur, penyembuhan lama
Luka sayat : luka cukup dalam disebabkan oleh benda tajam, tepiluka rata
Luka tusuk dan luka tembus : benda tajam atau tembakan
Luka tusuk dengan benda tertancap
Merupakan suatu keadaan luka tusuk dimana benda masih tertancap
Penatalaksanaan ;
- Amankan benda secara manual agar tak bergerak
- Buka daerah luka, singkirkan pakaian, ttp tgn sampai benda yang tertancap bergerak
- Kontrol perdarahan
- Gunakan pembalut besar untuk menstabilkan benda
Hal Yang Perlu Diprhatikan
Luka tetutup :
1. Bila memar cukup luas kompres dingin
2. Perubahan warna yang luas curigai perdarahan
3. Memar besar anggota gerak Kemungkinan fraktur
4. memar besar di kepala, perut, dada perdarahan dalam
Luka terbuka :
1. Buka pakaian korban
2. Kontrol perdarahan, dgn tekanan langsung dan peninggian
3. Cegah kontaminasi, jaga luka tetap bersih
4. Jangan pernah mencabut benda tertancap
5. Balut luka dengan kassa steril dan kering
6. Periksa nadi distal sebelum dan sesudah pembalutan
PEMBEBATAN
Penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu
Tujuan
Menahan sesuatu seperti:
menahan penutup luka
menahan pita traksi kulit
menahan bidai
menahan bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan geseran (sebagai "splint")
menahan rambut kepala di tempat
Melindungi bagian tubuh yang cedera.
Mengatasi perdarahan
Mengurangi bengkak
Syarat Umum Pemasangan Bebat
Usahakan penderita nyaman posisinya
Tahan dan bantu bagian yang cedera
Usahakan simpul bebat tidak menganggu kenyamanan penderita
Balutan harus rapat rapi jangan terlalu erat, karena dapat mengganggu sirkulasi.
Jangan terlalu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas.
Ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya gangguan sirkulasi.
Macam-Macam Pembebtan
PEMBEBAT SEGITIGA (MITELLA) pembalut biasa, tourniquet, penahan bidai/penyangga (sling).
PEMBEBAT BENTUK PITA(Pembalut kasa gulung, Pembalut elastik, Pembalut gips).
PLESTER
FRAKTUR
Nyeri dan kemerahan.
Pembengkakan.
Deformitas.
Krepitasi.
Keterbatasan gerak sendi.
Bone expose.
Perubahan posisi.
Pengkajian
ABC.
Mekanisme terjadinya cedera
Cedera lain : kepala, cervikal, spine, thorak, abdomen, ektremitas atas dan bawah.
Pemeriksaan DCAP-BTLS (Deformity, Contusio, Abrations, penetration, burns, tenderness, laceration, swelling)
Periksa ada tidaknya ketidakstabilan dan krepitasi, pelvis hati-hati
Periksa ada tidaknya nyeri pada semua sendi
Periksa dan catat PMS (pulse, motorik, sensasi
PENGELOLAAN
Penanganan cedera muskuloskeletal yang baik dan benar akan mengurangi nyeri, kecacatan, dan menghindari komplikasi
Antisipasi syok perdarahan pada fraktur femur dan pelvis
Reduksi dilakukan dengan segera dengan cara traksi (menarik) dan gentle
Bila ada tahanan pada saat reduksi jangan dipaksa, lakukan pembidaian pada posisi yang nyaman menurut pasien
Selalu catat PMS sebelum dan sesudah pembidaian
Perawatan luka, pencegahan infeksi, dan tetanus
Fr terbuka harus tangani perdarahannya.
Gunakan balut tekan.
JANGAN gunakan torniquet kerusakan neurovaskuler.
PEMBIDAIAN
Pengertian :
Memasang alat untuk mempertahankan kedudukan tulang.
Indikasi :
Patah tulang terbuka / tertutup
Tujuan :
Mencegah pergerakan tulang yang patah.
Mengurangi nyeri.
Mencegah cedera lebih lanjut.
Mengistirahatkan daerah patah tulang.
Mengurangi perdarahan.
Prinsip pembidaian :
Pastikan ABC aman.
Kontrol perdarahan.
Pasien sadar : informasikan adanya nyeri.
Buka daerah yg akan dibidai.
Periksa dan catat PMS (pulse, motor, sensasi) sebelum dan sesudah.
Pada angulasi yang besar dan pulsasi (nadi di perifer) hilang lakukan penarikan secara gentle.
Luka terbuka tutup dgn kasa steril.
Bidai mencakup sendi atas dan bawah cedera.
Berikan bantalan yang lunak.
Bila ragu-ragu apakah ada fraktur/tdk sebaiknya lakukan bidai untuk pencegahan.
BIDAI
Adalah Alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau letak tulang yang patah. Berupa sepotong tongkat, bilah papan, keras, tidak mudah bengkok ataupun patah.
Tourniquet
Tourniquet sebaiknya hanya digunakan pada keadaan ; amputasi (crush injury)
Sebagai alternatif terakhir untuk mengontrol perdarahan ketika semua cara gagal.
Tourniquet dapat menghentikan seluruh aliran darah pada anggota gerak, gunakan hanya pada ujung anggota gerak sudah teramputasi (terpotong).
Tourniquet menyebabkan kerusakan yang menetap pada saraf, otot dan pembuluh darah dan mungkin berakibat hilangnya fungsi dari anggota perak tersebut.
Selalu coba dulu dengan tekanan langsung.
Cara pemasangan tourniquet :
Pilih perban yang lebarnya 4 inci dan buatlah 6 – 8 lapis.
Lilitkan di sekeliling anggota gerak, diproksimal (sebelum) luka.
Talikan simpulpada perban. Kemudian tempatkan sebuah batang kecil/pensil diatasnya talikan batang pensil pada erban.
Putar batang pensil sampai perdarahn berhenti kemudian kunci batang pada posisinya.
Catat waktu
DEFINISI LIFTING & MOVING
Liifting and moving Adalah menggunakan seluruh kemampuan tubuh anda sebagai alat untuk mengangkat dan memindahkan, serta mencegah cedera.
Memahami mekanik tubuh dalam melakukan pengangkatan beban/penderita sangat penting di kuasai agar penolong tidak cidera. Karena dalam teknik memindahkan yang digunakan adalah kemampuan otak bukan hanya tenaga (brain not brown).
Tulang yang paling kuat di tubuh manusia adalah tulang panjang, dan yang paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang terdapat pada tulang-tulang tersebut juga paling kuat. Diantara kelompok otot, maka kelompok fleksor lebih kuat dibandingkan kelompok otot ekstensor.
Jika mengangkat penderita dan membawa peralatan dengan tidak tepat dapat menyebabkan cedera, dan kemungkinan berakhirnya karir anda atau menyebabkan nyeri seumur hidup.
Penatalaksanaan
Cara Mengangkat Cots dan Strechers Secara Aman
Ketahuilah berat beban yang akan diangkat
Minimal 2 orang
Bila diperlukan mintalah bantuan tenaga
Ketahuilah batas beban maksimal strecher
Mengangkat dengan posisi jongkok
Pegangan strecher dengan kuat dan posisi tangan menghadap ke atas, jari tangan dalam keadaan rapat
Cara Mengangkat Cots dan Strechers Secara Aman
Mengangkat dengan posisi punggung terkunci
Saat menurunkan strecher gunakan langkah yang sebaliknya
Hindari posisi membungkuk
Hindari gerakan memutar
Beberapa Tips
Gunakan alat penunjang punggung terutama untuk yang bekerja dengan berdiri dalam waktu lama maupun yang mengangkat berat. Dapat berupa sabuk yang dipasang di celana maupun braces.
Perhitungkan berat badan yang diangkat
Perhitungkan kemampuan anak buah anda
Bekerja secara terkoordinasi dan lakukan komunikasi yang baik
Jagalah punggung anda agar tetap tegak, hindari posisi yang membuat punggung terpluntir
Apabila membungkuk, gunakan sendi panggul dan sendi lutut, jangan membungkuk di punggung
Jangan melakukan hiperekstensi pada punggung
Kalau mungkin hendaknya partner anda sesuai tingginya dengan anda
Petunjuk Cara Medorong Dan Menarik Pasien
Mendorong lebih baik dari pada menarik bila memungkinkan
Jaga punggung anda tetap tegak
Jaga agar kedua siku tangan tetap fleksi dengan kedua telapak tangan berdekatan dikedua sisi
Jaga agar arah tarikan segaris dengan pertengahan badan anda dengan melipat kedua lutut
Jaga agar beban dekat dengan badan anda
Doronglah saat setinggi antara pinggang dan kedua bahu anda
Jika beban berada di bawah pinggang, gunakan posisi berlutut
Hindari mendorong dan menarik saat posisi pasien lebih tinggi dari kepala
Cara membawa pasien melalui tangga secara aman
Tantangan : terlalu curam, pijakan kaki terlalu sempit, anak tangga tertutup oleh material, tangga membelok tajam, berputar dengan anak tangga segitiga.
Pelajari tantangan yang ada, bersihkan hal-hal yang menghalangi jalan, periksa kembali sebelum membawa pasien naik/turun tangga
Upayakan mendapatkan tenaga lain yang akan membantu di belakang EMT yang sedang berjalan mundur khususnya saat turun tangga sebagai penunjuk jalan
Bila membawa pasien yang berat menaiki tangga, pakailah 2 orang di bagian atas
Prinsip-prinsip Memindahkan pasien
Emergency Moves
Urgent Moves/memindahkan secara darurat
Non Urgent Moves/pemindahan yang tidak segera
Direct Ground Lift/mengangkat lansung dari tanah
Extremity Lift/mengangkat kaki
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke strecher/tandu
Emergency Moves diperlukan pada keadaan :
Api/bahaya terbakar
Bahaya ledakan/bahan-bahan berbahaya lain
Kesulitan melindungi pasien dari bahaya lain di lokasi
Kesulitan mendapatkan pasien yang lain dalam kendaraan/tempat lain yang memerlukan tindakan lifesaving
Kesulitan memberikan pertolongan karena lokasi atau posisi pasien
Peralatan untuk memindahkan pasien
Wheeled Strecher
Portable Strecher
Stair Chair
Long Back Board
Short Back Board
Scoop (Orthopaedic) Strecher
Flexibel Strecher
Perawatan Peralatan
Pelajari buku petunjuk pemakaian
Jangan hanya mempelajari cara pemakaiannya saja tetapi juga cara membersihkan, memperbaiki, merawat dan memeriksa
Periksa peralatan saat awal dan akhir tugas sebelum serah terima dengan petugas lain
Hindari ketidak-lengkapan peralatan saat menolong oleh karena hilang atau rusak
Sediakan waktu memeriksa kebersihan maupun fungsi peralatan yang ada
POSISI PENDERITA
Pasien-pasien yang tidak sadar tanpa cedera tulang belakang
Pasien dengan chest pain, rasa tidak enak di dada, sulit bernapas
Pasien yang dicurigai cedera tulang belakang
Pasien dengan tanda dan gejala syok
Pasien hamil dengan hipotensi/akan melahirkan
Pasien bayi/anak-anak
Pasien dengan cedera kepala tertutup tanpa cedera tulang belakang
Pasien dengan multiple trauma
Posisi pasien yang nyaman
Pasien tua
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah. Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed, 3. Jakarta: EGC
Editor, Aru W Sudoyo dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Dongoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. et.al. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Editor, R. Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Vol.1. Jakarta: EGC
Price, Silvia Anderson dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses penyakit Edisi Vol. 2. Jakarta: EGC
Price A S, Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses penyakit Edisi Vol. 2. Jakarta: EGC
Komentar
Posting Komentar